PROSES INTERAKSI SOSIAL
I.
Definisi Proses Interaksi Sosial
Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila
orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan
sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila
ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah
ada. Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbale-balik antara
pelbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial
dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dst.
Interaksi
sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interkasi
sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama.Interaksi Sosial sebagai Faktor
Utama dalam Kehidupan Sosial
Bentuk
umum proses sosial adalah interaksi sosial(yang juga dapat dinamakan sebagai
proses sosial) karena interasi sosial merupakan syarat utama terjadinya
aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial
yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi
sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi anatara kelompo tersebut
sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya
Interaksi
sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam masyarakat.
Interaksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi benturan antara kepentingan
perorangan dengan kepentingan kelompok. Interaksi sosial hanya berlangsung
antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi terhadap dua belah pihak. Interaksi
sosial tak akan mungkin teradi apabila manusia mengadakan hubungan yang
langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap sistem
syarafnya, sebagai akibat hubungan termaksud.
Homans
( dalam Ali, 2004: 87) mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika
suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi
ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang
menjadi pasangannya.
Konsep
yang dikemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian bahwa interaksi adalah
suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu
stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.
menurut
Bonner ( dalam Ali, 2004) merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih
individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi
individu lain atau sebaliknya.
Sedangkan
menurut Shaw, interaksi sosial adalah suatu pertukaran antarpribadi yang
masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran
mereka, dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Hal senada
juga dikemukan oleh Thibaut dan Kelley bahwa interaksi sosial sebagai peristiwa
saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama,
mereka menciptakan suatu hasil satu sam lain atau berkomunikasi satu sama lain.
Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi
individu lain.
II.
Faktor/Penyebab Proses Interaksi Sosial
Di
dalam interaksi sosial terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi
tersebut, yaitu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya interaksi
tersebut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi interaksi sosial sebagai berikut :
a.
Situasi sosial (The nature of the social situation), memberi bentuk tingkah
laku terhadap individu yang berada dalam situasi tersebut. Misalnya, apabila
berinteraksi dengan individu lain yang sedang dalam keadaan berduka, pola
interaksi yang digunakan jelas harus berbeda dengan pola interaksi yang dilakukan
apabila dalam keadaan yang riang atau gembira, dalam hal ini tampak pada
tingkah laku individu yang harus dapat menyesuaikan diri terhadap situasi yang
sedang dihadapi.
b.
Kekuasaan norma-norma kelompok (The norms prevailing in any given social
group), sangat berpengaruh terhadap terjadinya interaksi sosial antar individu.
Misalkan, individu yang menaati
norma-norma yang ada di dalam setiap berinteraksi individu tersebut tidak akan pernah
membuat suatu kekacauan, berbeda dengan individu tidak menaati norma-norma yang
berlaku, individu tersebut pasti akan menimbulkan kekacauan dalam kehidupan
sosialnya, dan kekuasaan norma-norma itu berlaku untuk semua individu dalam
kehidupan sosialnya.
c.
Their own personality trends Adanya tujuan kepribadian yang dimiliki
masingmasing individu sehingga berpengaruh terhadap perilakunya. Misalkan, di
dalam setiap interaksi individu pasti memiliki tujuan, hal ini dapat dilihat
seorang anak berinteraksi dengan guru memiliki tujuan untuk menuntut ilmu di
dunia sekolah, seorang pedagang sayur dengan ibu-ibu rumah tangga, memiliki
tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan sebagainya.
d.
A person’s transitory tendencies (Setiap individu berinteraksi sesuai dengan
kedudukan dan kondisinya yang bersifat sementara). Pada dasarnya status atau
kedudukan yang dimiliki oleh setiap individu adalah bersifat sementara,
misalnya seorang warga biasa yang berinteraksi dengan ketua RT, maka dalam
hubungan itu terlihat adanya jarak antara seorang yang tidak memiliki
37kedudukan yang menghormati orang yang memiliki kedudukan dalam kelompok
sosialnya.
e.
Adanya penafsiran situasi (The process of perceiving and interpreting a
situation), di mana setiap situasi mengandung arti bagi setiap individu
sehingga mempengaruhi individu untuk melihat dan menafsirkan situasi tersebut.
Misalnya, apabila ada teman atau rekan yang terlihat murung dan suntuk,
individu lain harus bisa membaca situasi yang sedang dihadapinya, dan tidak seharusnya
individu lain itu terlihat bahagia dan ceria dihadapannya, bagaimanapun
individu harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan yang sedang dihadapi, dan
berusaha untuk membantu menafsirkan situasi yang tidak diharapkan menjadi
situasi yang diharapkan (Santoso, 2004 : 12).
Sulit
untuk membayangkan kehidupan manusia tanpa hubungan sosial. Manusia yang
sengaja dibuang ke hutan dan diselamatkan oleh monyet saja masih akan
berinteraksi secara sosial dengan komunitas makhluk tersebut. Interaksi sosial
berlangsung dalam seluruh kehidupan dan sepanjang kehidupan manusia. Bahkan
setelah orang meninggal, interaksi sosial masih terus berlangsung. Jenasah
harus diurus orang lain, kebaikannya tetap dikenang, disembayangi dan didoakan.
Saat
berada sendiri, sebenarnya proses interaksi sosial juga dapat terjadi. Hanya
saja, interaksi tersebut melalui perantaraan media. Waktu kamu membaca komik,
menonton TV, atau belajar sendiri di rumah, kamu menggunakan media komunikasi
yang dibuat oleh orang lain agar dapat berinteraksi secara tidak langsung
dengan dirimu.
Proses
terjadinya interaksi sosial dengan demikian dapat dikelompokkan menjadi dua,
yakni interaksi sosial primer dan interaksi sosial sekunder. Saat membahas
soal-soal yang sulit dengan teman di kelas, ketika bertanya pada sales counter
di supermarket, dan saat membeli karcis di loket, kamu melakukan proses
interaksi primer. Sebaliknya, jika kamu mengirim SMS kepada pacarmu, membaca
artikel di koran, atau mengirim e-mail kepada sahabatmu, kamu melakukan proses
interaksi sekunder. Jadi interaksi primer terjadi secara langsung (tatap-muka),
sedangkan interaksi sekunder terjadi melalui perantaraan media.
W.I.
Thomas berpendapat, interaksi sosial baru akan terjadi apabila terjadi reaksi
individu terhadap rangsangan dari luar yang diberikan oleh rekan interaksi.
Seseorang bisa saja melakukan tindakan, atau menggunakan media untuk menjadi
perantara tindakannya, tetapi selama tindakan tersebut tidak memberikan makna
berarti bagi individu lain yang menjadi sasaran tindakannya, maka interaksi
sosial tidak akan terjadi. Jadi pemaknaan terhadap tindakan seseorang orang
sasarannya merupakan kunci utama bagi berlangsungnya interaksi sosial.
Interaksi
sosial bukan suatu realitas sosial budaya yang sederhana. Interaksi sosial
merupakan satu paket realitas sosial dengan karakteristik khusus, yakni: jumlah
pelakunya dua orang atau lebih, terjadi komunikasi antarpelaku dengan
menggunakan simbol atau lambang, proses terjadi dalam suatu dimensi waktu
tertentu, dan ada tujuan yang hendak dicapai. Meskipun demikian, interaksi
sosial tidak selalu mencapai tujuan seperti yang dikehendaki. Jika pemaknaan
interaksi berbeda, maka interaksi sosial dapat mengarah pada kondisi disosiatif
daripada asosiatif. Interaksi sosial yang sangat kompleks juga didasari pada
faktor-faktor tertentu. Beberapa faktor yang mendasri proses interaksi sosial
adalah: imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati.
Interaksi
sosial yang disosiatif terjadi apabila pihak yang terlibat dalam interaksi sama-sama
memiliki kesepakatan dan pemahaman yang sama tentang tindakan yang dilakukan.
Interaksi demikian akan menghasilkan kerjasama, kerukunan, koalisi, dan juga
kesatuan (integrasi). Sementara jika, tindakan salah satu pihak dimaknai lain
atau berbeda – dan dianggap merugikan, kemudian timbul reaksi dalam bentuk
pertentangan, perselisihan, perpecahan, dan konflik (disintegrasi), maka
interaksi sosial dikatakan mengalami disosiasi.
Sebagai
remaja, kamu tentu sangat akrab dengan seorang idola. Kadang-kadang, secara
tidak disadari, kamu mungkin meniru potongan gaya rambut artis idola atau
pemain sepak bola yang menjadi idolamu. Tidak jarang kamu juga kadang-kadang
melucu dengan menirukan gaya gurumu yang mungkin kamu anggap menyebalkan.
Tindakan-tindakan tersebut disebut IMITASI. Proses yang terjadi di dalamnya
adalah, pelaku meniru atau mencontoh tokoh atau orang lain dalam hubungannya
dengan TINGKAH LAKU, SOPAN SANTUN, KEDISIPLINAN, dan IPTEK.
Peniruan
tidak hanya terjadi melalui imitasi, tetapi juga dapat terjadi melalui
IDENTIFIKASI. Pada identifikasi, peniruan dilakukan sampai pada taraf identik
atau sama dengan tokoh yang menjadi idolanya. Unsur-unsur pribadi dari tokoh
yang ditiru meresap sebagian atau seluruhnya ke dalam diri orang yang
menirunya, bahkan tanpa peniru itu sadar akan proses tersebut. Salah satu
tayangan di TV yang mempertontonkan para artis memerankan tokoh-tokoh politik
merupakan salah satu bentuk identifikasi. Seorang guru muda yang mengajar
seperti guru yang diidolakannya juga termasuk contoh terjadinya faktor
identifikasi dalam interaksi sosial.
Ketika
akan menghadapi ujian, kamu akan belajar dengan giat mengikuti arahan guru.
Umat Katolik menghargai dan menjunjung tinggi semua arahan dan bimbingan Paus.
Kadang-kadang, kita juga dengan mudah sekali terpengaruh untuk membeli sebuah
produk yang ditawarkan dengan sangat menarik oleh seorang pramuniaga. Kondisi
ini menunjukkan telah terjadi SUGESTI, yakni pandangan yang sifatnya
mempengaruhi, dianggap berwibawa, lebih pintar, dan adanya otoritasi.
Faktor
lain yang tidak kalah pentingnya adalah SIMPATI. Bukan kartu prabayar pulsa
handphone, tetapi perasaan tertarik yang timbul pada diri seseorang yang
membuatnya seolah-olah merasa berada dalam keadaan orang lain. Wujud nyatanya
bisa berupa tangisan, tawa, dan ekspresi tindakan tertentu. Ketika tim sepak
bola kebanggaan menang, kadang kamu ikut loncat-loncat kegirangan. Saat ada
acara berkabung, kadang kamu juga ikut menangis. Kedua hal tersebut merupakan
contoh SIMPATI. Bahkan, jika simpati itu terlalu mendalam, yakni perasaan
sampai larut dan merasuk maka akan terjadi EMPATI, misalnya karena memikirkan
teman yang sakit akhirnya jatuh sakit juga. Melihat bencana tsunami, segera
berangkat ke lokasi kejadian untuk membantu.
III.
Macam - Macam Interaksi Sosial
Menurut
Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu
(p. 23) :
1.
Interaksi antara individu dan individu
Dalam
hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif,
jika jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika
hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).
2.
Interaksi antara individu dan kelompok
Interaksi
ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi
sosial individu dan kelompok bermacam - macam sesuai situasi dan kondisinya.
3.
Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok
Interaksi
sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak
pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu
proyek.
IV.
Ciri - Ciri dan Syarat Interaksi Sosial
ciri
- ciri interaksi sosial
Menurut
Tim Sosiologi (2002), ada empat ciri - ciri interaksi sosial, antara lain (p.
23) :
a.
Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
b.
Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial
c.
Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas
d.
Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu
V.
Syarat - Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Berdasarkan
pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dapat berlangsung jika
memenuhi dua syarat di bawah ini, yaitu (p. 26) :
a.
Kontak sosial
Adalah
hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya
interaksi sosial, dan masing - masing pihak saling bereaksi antara satu dengan
yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik.
b.
Komunikasi
Artinya
berhubungan atau bergaul dengan orang lain.
Interaksi
sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara
individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok.
Dua
Syarat terjadinya interaksi sosial :
Adanya
kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk.Yaitu
antarindividu, antarindividu dengan kelompok, antarelompok. Selain itu, suatu
kontak dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung.
Adanya
Komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain,
perasaan-perassaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang
bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan
oleh orang tersebut.
Kata
kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (artinya bersama-sama) dan tango
(yang artinya menyentuh). Arti secara hanafiah adalah bersama-sama menyentuh.
Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadinya hubungan badaniah. Sebagai
gejala seosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena dewasa
ini dengan adanya perkembangan teknologi, orang dapat menyentuh berbagai pihak
tanpa menyentuhnya. Dapat dikatakan bahwa hubungan badaniah bukanlah syarat
untuk terjadinya suatu kontak.
Kontak
sosial dapat terjadi dalam 3 bentuk :
a.
Adanya orang perorangan
Kontak
sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari kebuasaan dalam keluarganya.
Proses demikian terjadi melalui sosialisasi, yaitu suatu proses dimana anggota
masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana
dia menjadi anggota.
b.
ada orang perorangan dengan suatu kelompok
manusia atau sebaliknya
kontak
sosial ini misalnya adalah seseorang merasakan bahwa tindakan-tindakannya
berlawanan dengan norma-norma masyarakat atau apabila suatu partai politik
memkasa anggota-anggotanya menyesuaikan diri dengan ideologi dan programnya.
c.
Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok
manusia lainnya.
Umpamanya
adalah dua partai politik mengadakan kerja sama untuk mengalahkan parpol yang
ketiga di pemilihan umum.
Terjadinya
suatu kontak tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan, tetapi juga
tanggapan terhadap tindakan tersebut. Kontak sosial yang bersifat positif
mengarah pada suatu kerja sama, sengangkan yang bersifat negatif mengarah pada
suatu pertentangan atau bahkan sama seali tidak menghasilkan suatu interaksi
sosial.
Suatu
kontak dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak perimer terjadi apabila yang
mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka. Kontak sekunder
memerlukan suatu perantara. Sekunder dapat dilakukan secara langsung.
Hubungan-hubungan yang sekunder tersebut dapat dilakukan melalui alat-alat
telepon, telegraf, radio, dst.
Menurut
Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua
syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.
Kontak Sosial
Kata
“kontak” (Inggris: “contact") berasal dari bahasa Latin con atau cum yang
artinya bersama-sama dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kontak berarti
bersama-sama menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu
terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan
kontak sosial dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya bicara melalui
telepon, radio, atau surat elektronik. Oleh karena itu, hubungan fisik tidak
menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial memiliki sifat-sifat
berikut.
1. Kontak
sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada
suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada suatu
pertentangan atau konflik.
2. Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial
primer terjadi apabila para peserta interaksi bertemu muka secara langsung.
Misalnya, kontak antara guru dan murid di dalam kelas, penjual dan pembeli di
pasar tradisional, atau pertemuan ayah dan anak di meja makan. Sementara itu,
kontak sekunder terjadi apabila interaksi berlangsung melalui suatu perantara.
Misalnya, percakapan melalui telepon. Kontak sekunder dapat dilakukan secara
langsung dan tidak langsung. Kontak sekunder langsung misalnya terjadi saat
ketua RW mengundang ketua RT datang ke rumahnya melalui telepon. Sementara jika
Ketua RW menyuruh sekretarisnya menyampaikan pesan kepada ketua RT agar datang
ke rumahnya, yang terjadi adalah kontak sekunder tidak langsung.
Komunikasi
Komunikasi
merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam komunikasi
yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan
fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Ada lima unsur pokok
dalam komunikasi yaitu sebagai berikut.
1.
Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran kepada
pihak lain.
2.
Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, atau
perasaan.
3.
Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa
informasi, instruksi, dan perasaan.
4.
Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa
lisan, tulisan, gambar, dan film.
5.
Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah
mendapatkan pesan dari komunikator.
Ada
tiga tahap penting dalam proses komunikasi. Ketiga tahap tersebut adalah
sebagai berikut.
Encoding
Pada
tahap ini, gagasan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan dalam
kalimat atau gambar. Dalam tahap ini, komunikator harus memilih kata, istilah,
kalimat, dan gambar yang mudah dipahami oleh komunikan. Komunikator harus
menghindari penggunaan kode-kode yang membingungkan komunikan.
Penyampaian
Pada
tahap ini, istilah atau gagasan yang sudah diwujudkan dalam bentuk kalimat dan
gambar disampaikan. Penyampaian dapat berupa lisan, tulisan, dan gabungan dari
keduanya.
Decoding
Pada
tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar yang
diterima menurut pengalaman yang dimiliki. Arti terpenting komunikasi adalah bahwa
seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud
pembicaraan, gera-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin
disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan
reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut.
Dengan
adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan suatu kelompok manusia
atau perseorangan dapat diketahui oleh kelompok lain atau orang lainnya. Hal
itu kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang dilakukannya.
Kehidupan
yang Terasing
Pentingnya
kontak dan komunikasi bagi terwujudnya interaksi sosial dapat diuji terhadap
suatu kehidupan yang terasing (isolation). Kehiduapan terasing yang sempurna
ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengadakan interaksi sosial dengan
pihak-pihak lain. Kehidupan terasing dapat disebaban karena secara badaniah
seseorang sama sekali diasingkan dari hubungan dengan orang-orang lainnua.
Padahal perkembangan jiwa seseorag banyak ditentuan oleh pergaulannya dengan
orang lain.
Terasingnya
seseorang dapat pula disebabkan oleh karena cacat pada salat satu indrany. Dari
beberapa hasil penelitian, ternyata bahwa kepribadian orang-orang mengalami
banyak penderitaan akibat kehidupan yang terasing karena cacat indra itu.
Orang-orang cacat tersebut akan mengalami perasaan rendah diri, karena
kemungkinan-kemungkinan untuk mengembangkan kepribadiannya seolah-olah
terhalang dan bahkan sering kali tertutup sama sekali.
Pada
masyarakat berkasta, dimana gerak sosial vertikal hampir tak terjadi,
terasingnya seseorang dari kasta tertentu (biasanya warga kasta rendahan),
apabila berada di kalangan kasta lainnya (kasta yang tertinggi), dapat pula
terjadi.
VI.
Bentuk-bentu Interaksi Sosial
Berdasarkan
pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dikategorikan ke dalam
dua bentuk, yaitu :
1.
Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk -
bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti :
a.
Kerja sama
Adalah
suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan
bersama.
b.
Akomodasi
Adalah
suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok -
kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.
c.
Asimilasi
Adalah
proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang
kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu
lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan
wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.
d.
Akulturasi
Adalah
proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan
suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur - unsur dari suatu kebudayaan
asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur - unsur kebudayaan asing itu
diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian dari
kebudayaan
itu sendiri.
2.
Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk -
bentuk pertentangan atau konflik, seperti :
a.
Persaingan
Adalah
suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar
memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman
atau benturan fisik di pihak lawannya.
b.
Kontravensi
Adalah
bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau
konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara
tersembunyi maupun secara terang - terangan yang ditujukan terhadap perorangan
atau kelompok atau terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap
tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi
pertentangan atau konflik.
c.
Konflik
Adalah
proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya
perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan
adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di
antara mereka yang bertikai tersebut.
VII.
Dampak Proses Interaksi Sosial
Hubungan
sosial selalu ada dalam masyarakat dan merupakan bagian penting dalam kehidupan
masyarakat. Hubungan sosial akan memberi warna kedinamisan pada kehidupan
masyarakat. Hubungan sosial aada yang
bersifat ppositif dan ada pula yang bersifat negatif. Kedua sifat yang
berlainan ini akan Menimbulkan dampak interaksi yang berlainan pula. Hubungan
sosial yang positif akan membawa masyarakat dalam kedamaian dan ketenangan dan
selanjutnya akab tercipta integrasi (persatuan) pada masyarakat tersebut.
Sebaliknya, hubungan masyarakat yang bersifat negative, akan membaawa konflik
pada masyarakat dan akhirnya akan terjadi perpecahan dalam lapisan masyarakat.
Dampak
interaksi sosial secara positif:
a.
Terpenuhinya kebutuhan individu dan kelompok yang tidak dapat dipenuhi sendiri
tanpa adanya interaksi dengan orang lain.
b.
Kerjasama manusia yang terus berkembang seiring dengan makin kompleksnya
kebutuhan dan situasi masyarakat saat ini.
c.
Hubungan sosial antara dua atau lebih kelompok sosial yang berbeda akan
terintegrasi lebih kuat karena timbulnya solidaritas dan kesetiakawanan yang
tinggi.
d.
Individu- individu yang berbeda akan saling kenal
e.
Tercapainya kestabilan antara dua/ lebih kelompok yang bertikai
f.
Lahirnya unsur kebudayaan baru dengan tidak menghilangkan atau mengeliminasi
kebudayaan asli yang mendukungnya.
g.
Terjadinya negosiasi antara pihak- pihak yang bertikai.
Dampak
interaksi sosial secara negativ:
a.
Kerusakan dan hilangnya harta benda dan nyawa jika terjadi kontak atau benturan
fisik
b.
Persaingan yang tajam akan membuat kontrol sosial tidak berfungsi
c.
Akan menimbulkan prasangka yang memicu terjadinya kerugian bagi orang lain
d.
Aktivitas yang dilakukan akan mengakibatkan terjadinya benturan/ kontak fisik
e.
Menimbulkan rencana / niat mencelakakan pihak lain.
PROSES PEMBENTUKAN INTERAKSI SOSIAL
A.
Imitasi
I.
Definisi Imitasi
Imitasi
adalah tindakan meniru sikap, penampilan, pembicaraan, maupungaya hidup orang
lain. Proses imitasi pertama kali terjadi dalam pergaulankeluarga. Misalnya,
seorang anak meniru kebiasaan orang tuanya dalam hal cara berbicara dan
berpakaian. Bermula dari lingkungan keluarga, proses imitasiberkembang semakin
luas dalam masyarakat. Berbagai media massa yangmenyajikan beragam informasi
juga berpengaruh mempercepat proses imitasidalam masyarakat.
Imitasi
dapat mendorong seseorang untuk berbuat baik. Pada buku Psikologi Pendidikan
dijelaskan bahwa: “Sikap seseorang yang berusaha meniru bagaimana orang yang
merasakan keadaan orang lain maka ia berusaha meniru bagaimana orang yang
merasakan sakit, sedih, gembira, dan sebagainya. Hal ini penting didalam membentuk
rasa kepedulian sosial seseorang” (Purwanto, 1999 : 65). Sedangkan ahli lain
mengatakan pula bahwa: “Anak-anak yang meniru keadaan orang lain, akan
cenderung mampu bersikap sosial, daripada yang tidak mampu meniru keadaan orang
lain” (Nawawi, 2000 : 42).
Dari
kedua pendapat tersebut diatas, jelaslah bahwa imitasi dapat mempengaruhi sikap
sosial seseorang, dimana seseorang yang berusaha meniru (imitasi) keadaan orang
lain akan lebih peka dalam merasakan keadaan orang lain, apakah orang
sekitarnya itu dalam keadaan susah, senang ataupun gembira.
II.
Faktor
Imitasi
imitasi
merupakan dorongan untuk meniru orang lain
.Menurut Tarde faktor imitasi ini merupakan satu-satunya faktor yangmendasari atau melandasi interaksi sosial. Seperti yang dikemukakan olehGerungan (1966:36). Imitasi tidak berlangsung secara otomatis melainkandipengaruhi oleh sikap menerima dan mengagumi
terhadap apa yang diimitasi.Untuk mengadakan imitasi atau meniru ada
faktor psikologis lain yang berperan.Dengan kata lain imitasi tidak berlangsung
secara otomatis, tetapi ada faktor lainyang
ikut berperan, sehingga seseorang mengadakan imitasi. Bagaimana orang dapat
mengimitasi sesuatu kalu orang yang bersangkutan tidak mempunyai sikapmenerima terhadap apa yang diimitasi itu. Dengan
demikian untuk mengimitasisesuatu perlu adanya sikap menerima, ada sikap
mengagumi terhadap apa yangdiimitasi itu, karena itu imitasi tidak
berlangsung dengan sendirinya. Contoh dariimitasi adalah bahasa; anak belajar
berbahasa melalui peniruan terhadap oranglain selain itu
mode-mode yang melanda masyarakat berkembang karena
faktorimitasi
III.
Syarat
Terjadinya Proses Imitasi
Syarat
terjadinya proses imitasi ialah sebagai berikut.
1) Sesuatu yang ditiru
harus mendapatkan perhatian orang lain. Misalnya,model potongan rambut seorang
artis yang menarik perhatian banyak orang,maka akan ditiru oleh banyak orang
pula.
2) Harus ada sikap
menjunjung tinggi atau mengagumi hal-hal yang ditiru.Misalnya, sekelompok orang
yang mengagumi RATU. Karena kekagumantersebut mereka akan meniru segala atribut
yang dipakai RATU.
3) Taraf pengertian yang
cukup mengenai hal-hal yang ditiru. Misalnya,sekelompok anak muda akan meniru
lagu-lagu tertentu yang popular apabiladia memahami lagu-lagu tersebut.
Model yang ditiru dapat bersifat positif maupun negatif. Oleh karena
itu,proses imitasi dapat mengarah ke hal-hal positif atau negatif. Apabila
imitasimengarah ke hal-hal yang baik, maka dampaknya pun positif.
Kondisimasyarakat akan semakin stabil dan harmonis sehingga tercipta
keselarasandan keteraturan sosial. Namun, apabila proses imitasi mengarah ke
hal-hal yang negatif, maka dampaknya akan buruk. Imitasi negatif dapat
menyebabkanberbagai penyimpangan sehingga melemahkan sendi-sendi kehidupan
sosial.Oleh karena itu, agar proses imitasi tidak mengarah negatif diperlukan
kondisisosial yang baik. Kondisi yang baik berupa berkembangnya sistem, norma,
dannilai yang mampu menunjang sendi-sendi kehidupan masyarakat.
IV.
Dampak Imitasi
a.
Dampak Positif
1.
Peranan imitasi dalam interaksi sosial dapat
memajukan gejala-gejala kebiasaan malas berpikir kritis pada individu manusia
yang mendangkalkan kehidupannya.
2.
Menerangkan mengapa dan bagaimana dapat
terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku di antara orang banyak.
3.
Pada lapangan pendidikan dan perkembangan
kepribadian individu, imitasi mempunyai peranannya, sebab mengikuti suatu
contoh yang baik itu dapat merangsang perkembangan watak seseorang.
4.
Imitasi dapat mendorong individu atau
kelompok untuk melaksanakan perbuatanperbuatan yang baik.
b.
Dampak Negatif
1.
menimbulkan kebiasaan di mana orang
mengimitasi sesuatu tanpa kritik.
2.
sosial Dapat memajukan gejala-gejala
kebiasaan malas berpikir kritis pada individu manusia yang mendangkalkan
kehidupannya.
B.
Identifikasi
I.
Definisi Identifikasi
Identifikasi
adalah sebuah istilah dari psikologi Sigmund Freud. Istilah identifikasi timbul
dalam uraian Freud mengenai cara-cara seorang anak belajar norma-norma sosial
dari orang tuanya. Dalam garis besarnya, anak itu belajar menyadari bahwa dalam
kehidupan terdapat norma-norma dan peraturan-peraturan yang sebaiknya dipenuhi
dan ia pun mempelajarinya yaitu dengan
dua cara utama. Pertama ia mempelajarinya karena didikan orangtuanya yang
menghargai tingkah laku wajar yang memenuhi cita-cita tertentu dan menghukum
tingkah laku yang melanggar norma-normanya. Lambat laun anak itu memperoleh pengetahuan mengenai
apa yang disebut perbuatan yang baik dan apa yang disebut perbuatan yang tidak
baik melalui didikan dari orangtuanya.
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik
(sama) dengan seorang lain. Kecenderungan ini bersifat tidak sadar bagi anak
dan tidak hanya merupakan kecenderungan untuk menjadi seperti seseorang secara
lahiriah saja, tetapi justru secara batin. Artinya, anak itu secara tidak sadar
mengambil alih sikap-sikap orangtua yang diidentifikasinya yang dapat ia pahami
norma-norma dan pedoman-pedoman tingkah lakunya sejauh kemampuan yang ada pada
anak itu. Sebenarnya, manusia ketika ia masih kekurangan akan norma-norma,
sikapsikap, cita-cita, atau pedoman-pedoman tingkah laku dalam bermacammacam
situasi dalam kehidupannya, akan melakukan identifikasi kepada orang-orang yang
dianggapnya tokoh pada lapangan kehidupan tempat ia masih kekurangan pegangan.
Demikianlah, manusia itu terus-menerus melengkapi sistem norma dan cita-citanya
itu, terutama dalam suatu masyarakat yang berubah-ubah dan yang situasi-situasi
kehidupannya serba ragam.
Ikatan
yang terjadi antara orang yang mengidentifikasi dan orang tempat identifikasi
merupakan ikatan batin yang lebih mendalam daripada ikatan antara orang yang
saling mengimitasi tingkah lakunya. Di samping itu, imitasi dapat berlangsung
antara orang-orang yang tidak saling kenal, sedangkan orang tempat kita
mengidentifikasi itu dinilai terlebih dahulu dengan cukup teliti (dengan
perasaan) sebelum kita mengidentifikasi
diri dengan dia, yang bukan merupakan proses rasional dan sadar, melainkan
irasional dan berlangsung di bawah taraf kesadaran kita.
II.
Faktor Identifikasi
Proses
identifikasi tidak hanya terjadi melalui peniruan perilaku, tetapi juga melibatkan
proses kejiwaan yang sangat dalam. Misalnya, Anda sangatmengagumi seorang
bintang sepak bola. Kekaguman tersebut membuat Andamengidentifikasikan diri
dengan bintang itu. Potongan rambut dan kaos yang Anda pakai menyerupai
sang idola. Identifikasi juga dapat disebabkan olehkedekatan dan intensifnya
komunikasi, misalnya seorang anak perempuan yangsangat dekat dengan ibunya.
Pada umumnya, tingkah laku anak tersebut identik dengan ibunya.
III.
Syarat Terbentuknya Identifikasi
Identifikasi
adalah sebuah istilah dari psikologi Sigmund Freud. Istilah identifikasi timbul
dalam uraian Freud mengenai cara-cara seorang anak belajar norma-norma sosial
dari orang tuanya. Dalam garis besarnya, anak itu belajar menyadari bahwa dalam
kehidupan terdapat norma-norma dan peraturan-peraturan yang sebaiknya dipenuhi
dan ia pun mempelajarinya yaitu dengan
dua cara utama. Pertama ia mempelajarinya karena didikan orangtuanya yang
menghargai tingkah laku wajar yang memenuhi cita-cita tertentu dan menghukum
tingkah laku yang melanggar norma-normanya. Lambat laun anak itu memperoleh pengetahuan mengenai
apa yang disebut perbuatan yang baik dan apa yang disebut perbuatan yang tidak
baik melalui didikan dari orangtuanya.
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik
(sama) dengan seorang lain. Kecenderungan ini bersifat tidak sadar bagi anak
dan tidak hanya merupakan kecenderungan untuk menjadi seperti seseorang secara
lahiriah saja, tetapi justru secara batin. Artinya, anak itu secara tidak sadar
mengambil alih sikap-sikap orangtua yang diidentifikasinya yang dapat ia pahami
norma-norma dan pedoman-pedoman tingkah lakunya sejauh kemampuan yang ada pada
anak itu. Sebenarnya, manusia ketika ia masih kekurangan akan norma-norma,
sikapsikap, cita-cita, atau pedoman-pedoman tingkah laku dalam bermacammacam
situasi dalam kehidupannya, akan melakukan identifikasi kepada orang-orang yang
dianggapnya tokoh pada lapangan kehidupan tempat ia masih kekurangan pegangan.
Demikianlah, manusia itu terus-menerus melengkapi sistem norma dan cita-citanya
itu, terutama dalam suatu masyarakat yang berubah-ubah dan yang situasi-situasi
kehidupannya serba ragam. Ikatan yang terjadi antara orang yang mengidentifikasi
dan orang tempat identifikasi merupakan ikatan batin yang lebih mendalam
daripada ikatan antara orang yang saling mengimitasi tingkah lakunya. Di
samping itu, imitasi dapat berlangsung antara orang-orang yang tidak saling
kenal, sedangkan orang tempat kita mengidentifikasi itu dinilai terlebih dahulu
dengan cukup teliti (dengan perasaan) sebelum kita mengidentifikasi diri dengan dia, yang bukan
merupakan proses rasional dan sadar, melainkan irasional dan berlangsung di
bawah taraf kesadaran kita.
C.
Sugesti
I.
Definisi Sugesti
Sugesti
adalah rangsangan atau pengaruh atau stimulus. Rangsangan diberikan seseorang
kepada orang lain. Penerima sugesti akan menurutikehendak pemberi sugesti tanpa
berpikir kritis dan rasional. Sugesti bersifat sangat individual. Suatu informasi atau nasihat bisa
menjadisuatu sugesti, apabila keyakinan lebih dominan dalam proses
penerimaannya.Suatu informasi atau nasihat tidak akan berubah menjadi sugesti,
apabila adaproses berpikir pada orang yang bersangkutan.Sugesti dapat terjadi
antara:
1) Seseorang
terhadap orang lain. Contoh, nasihat yang diberikan seorangayah kepada anaknya
agar belajar lebih giat.
2) Seseorang
terhadap sekelompok orang. Contoh, wali kelas memberikannasihat kepada semua
siswa satu kelas.
3) Sekelompok
orang terhadap kelompok lainnya. Contoh, sekelompok penjual yang
mengiklankan produknya kepada masyarakat, serta.
4) Sekelompok
orang terhadap individu. Contoh, seorang pemain bulutangkistunggal mendapat
tepuk tangan dan dukungan dari penonton.
Wujud
sugesti dapat berupa sikap, tindakan, dan perkataan. Suatu gambarposter atau
kalimat iklan di spanduk juga dapat memberikan sugesti kepadaorang. Bahkan,
benda-benda tertentu yang merupakan simbol suatu maknatertentu dapat memberikan
sugesti kepada seseorang. Orang yang percayakepada seseorang yang ia anggap
memiliki ‘kelebihan’ pada umumnya mudahtersugesti dengan apapun yang
di-perintahkan orang tersebut, misalnyaseseorang percaya
bahwa jimat yang diberikan dukun mengandung kekuatan.Sebenarnya,
kekuatan itu berasal darirasa optimis yang dibangkitkan olehkeyakinan akibat
sugesti. Orang yangmemiliki optimisme kuat dan berani,pada umumnya banyak
memperolehkeberhasilan atas apa yang ia lakukan.Di sinilah sebenarnya kunci
rahasia jimat yang dapat membuat orang menjadipemberani. Sugesti semacam
ini samadengan keyakinan yang memengaruhikita sewaktu memilih dokter yang
kitaanggap paling manjur.
II.
Faktor Sugesti
Sugesti
dapat terjadi karena beberapa alasan berikut ini.
1.
Hambatan Berpikir.Seseorang yang sedang
mengalami kelelahan pikiran atau sedang me-nanggung beban emosional tertentu
akan mudah sekali tersugesti (di-pengaruhi).
2.
Terpecahnya Pikiran Seseorang.Seseorang yang
kurang konsentrasi akan mudah mengalami sugesti.
3.
Otoritas.Seseorang yang mempunyai kekuasaan
akan mudah memberikan sugesti(pengaruh) kepada orang lain. Misalnya, seorang
pemimpin yang kharis-matik, anjurannya pasti dipatuhi rakyatnya.
4.
Mayoritas.Orang cenderung akan mengikuti apa
yang dilakukan oleh orang banyak (arus umum).
5.
Percaya terhadap Sugesti dari Orang
LainSeseorang akan melakukan apapun yang dikatakan atau dianjurkankepadanya
dari orang lain yang dianggap baik dan benar. Misalnya, seorangpasien datang ke
dokter untuk periksa. Apabila dalam diri pasien telahtertanam rasa percaya
kepada dokter tersebut, maka dia akan menurutisegala anjurannya.
III.
Jenis-Jenis Sugesti
a.
auto sugesti,
yaitu sugesti
terhadap diri sendiri, sugesti yang datang dari dalam diri individu yang
bersangkutan,
Misal sering seseorang merasa sakit-sakit saja, walaupun secara obyektif yang bersangkutan dalam keadaan sehat-sehat saja terapi karena auto-sugesti orang tersebut merasa tidak dalam keadaan sehat, maka ia merasa tidak sehat.
Misal sering seseorang merasa sakit-sakit saja, walaupun secara obyektif yang bersangkutan dalam keadaan sehat-sehat saja terapi karena auto-sugesti orang tersebut merasa tidak dalam keadaan sehat, maka ia merasa tidak sehat.
Contoh :
Ada yang tau kenapa dulu nenek moyang kita
ngomong kalo kita ingin menahan buang air besar kita harus ngantongin batu? Ayo
siapa yang tau? Oke deh langsung aja disimak cerita ini.
Pada suatu hari ada seorang pemuda yang
berandal, suka berkelahi, dan suka tawuran tinggal di sebuah desa yang bernama
desa Mangga Dua. Karna ia sangat suka berkelahi ia pun mempunyai banyak musuh.
Sampai akhirnya, pemuda tersebut diancam akan dibunuh oleh musuh-musuhnya.
Karna rasa takut yang begitu dahsyat, pemuda tersebut mencari-cari dukun yang
handal yang dapat membantunya. Sampailah ia ke sebuah rumah tua yang di huni
oleh mbah rosid di sebuah desa yang bernama desa maju mundur. “bla ble bli blu”
suara komat kamit mbah rosid.. “apa keperluanmu datang kesini?” “aaaaanuuu mbah
&*(*&%##$%^& ” “ooo… jadi begitu ya…? itu sih gampang. Kamu pegang
aja jimat ini kapanpun dan kemanapun kamu pergi. Maka pada saat kamu menghadapi
keadaan yang berbahaya tubuhmu akan menjadi kuat, kebal, dan tahan benting…
eehhhh tahan banting maksudnya.” Karna pemuda tersebut sangat percaya dengan
sang dukun tersebut ia selalu membawa jimat itu kapanpun dan kemanapun ia
pergi. Padahal, tanpa ia ketahui dukun itu ternyata hanya dukun palsu yang
tidak bisa apa apa. Beberapa hari kemudian saat pemuda tersebut nongkrong
ditermpat tongkrongannya di pasar beting kulon para musuhnya yang kurang lebih
6 orang datang menemuinya. Karna rasa yakin akan kekuatan jimat tersebut pemuda
tersebut menghadapinya tanpa rasa takut sedikitpun. “Gedebak, gedebuk,
gumprang” suara sang pemuda yang di pukuli musuh-musuhnya. Lantas apa yang
terjadi? “hahahahaha…. segini doang pukulan lu pada? “ teriak sang pemuda
tersebut tanpa rasa sakit.
Lah kok bisa gitu ya? Padahalkan dukun tersebut
hanya dukun palsu? Mari kita telaah lebih dalam…
Rasa yakin
yang tinggi adalah kunci terjadinya auto sugesti. Pada saat dukun tersebut
memberikan jimat tersebut tanpa disadari sang dukun, sang dukun memberikan
anchor yang berbunyi ” Kamu pegang aja jimat ini kapanpun dan kemanapun kamu
pergi. Maka pada saat kamu menghadapi keadaan yang berbahaya tubuhmu akan
menjadi kuat, kebal, dan tahan benting… eehhhh tahan banting maksudnya.” Jadi, sugesti tersebut akan aktif secara
otomatis ketika sang pemuda dalam keadaan berbahaya.
Nah sama juga tuh konteksnya kalo kita pengen
nahan buang air besar kita harus ngantongin batu. Jadi sebenarnya jika kita
benar-benar yakin jika dengan kita ngantongin batu kita bisa nahan buang air
besar maka insya allah deh buang air besarnya bisa di tahan.
b.
hetero sugesti,
hetero
sugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain. Misal sering seseorang
merasa sakit-sakit saja, walaupun secara obyektif yang bersangkutan dalam
keadaan sehat-sehat saja terapi karena auto-sugesti orang tersebut merasa tidak
dalam keadaan sehat, maka ia merasa tidak sehat. Contoh untuk hetero sugesti
adalah misal dalam bidang perdagangan, orang mempropagandakan dagangannya
sedemikian rupa, hingga tanpa berfikir lebih lanjut orang termakan propaganda
itu, dan menerima saja apa yang diajukan oleh pedagang yang bersangkutan.
Sugesti terbentuk berasal dari orang-orang yang memiliki wibawa, kekuasaan, maupun pengaruh besar, dalam lingkungan social. Misalnya ulama, ketua adapt, cendikiawan, sesepuh kampung, dan sebagainya.
Sugesti akan berlangsung cepat atau lambat dipengaruhi oleh hal-hal berikut :
a. Usia
b. Kemampuan intelektual
c. Keadaan fisik
d. Kepribadian
Orang untuk tersugesti diantaranya sebagai berikut :
a. Kurang bersikap kritis
b. Berpendidikan rendah
c. Pemberi sugesti mempunyai otoritas. Contohnya nasihat ulama akan lebih didengar dan dipatuhi dari pada nasihat tokoh intelektual.
d. Orang yang dalam keadaan ragu-ragu.
Sugesti terbentuk berasal dari orang-orang yang memiliki wibawa, kekuasaan, maupun pengaruh besar, dalam lingkungan social. Misalnya ulama, ketua adapt, cendikiawan, sesepuh kampung, dan sebagainya.
Sugesti akan berlangsung cepat atau lambat dipengaruhi oleh hal-hal berikut :
a. Usia
b. Kemampuan intelektual
c. Keadaan fisik
d. Kepribadian
Orang untuk tersugesti diantaranya sebagai berikut :
a. Kurang bersikap kritis
b. Berpendidikan rendah
c. Pemberi sugesti mempunyai otoritas. Contohnya nasihat ulama akan lebih didengar dan dipatuhi dari pada nasihat tokoh intelektual.
d. Orang yang dalam keadaan ragu-ragu.
Terjadinya proses
sugesti mengikuti dalil sebagai berikut :
• Sugesti akan mudah diterima orang lain, bila daya kritisnya dihambat. Orang yang kemampuan berpikirnya kurang atau kurang kritis akan mudah dipengaruhi. Daya kritis tersebut akan terhambat bila orang terkena stimulus yang bersifat emosional. Atau dalam keadaan fisik dan jiwa yang lelah. Misal orang yang telah berjam-jam rapat, ia sudah lelah baik fisik maupun psikologis , adanya keenganan untuk berfikir secara berat, sehingga biasanya dalam keadaan yang demikian orang akan mudah menerima pendapat, pandangan dari pihak lain, atau dengan kata lain orang yang bersangkutan akan mudah menerima sugesti dari pihak lain.
• Sugesti akan mudah diterima orang lain, bila kemampuan berpikirnya terpecah belah (dissosiasi).Orang mengalami dissosiasi bila orang itu dalam keadaan kebingungan sehingga mudah menerima pengaruh orang lain. Secara psikologis orang yang dalam keadaan bingung berusaha mencari penyelesaian karena jiwanya tidak tenteram sehingga mudah dipengaruhi oleh pihak lain.
• Sugesti akan mudah diterima orang lain, bila materinya mendapat dukungan orang banyak (sugesti mayoritas). Dalam dalil ini orang akan mudah menrima pandangan, nporma, pendapat dan sebagainya bila hal tersebut telah mendapatkan dukungan mayoritas.
• Sugesti akan mudah diterima orang lain, bila yang memberikan materi adalah orang yang memiliki otoritas. Walau materi yang diberikan sama tetapi kalau yang memberikan berbeda maka akan terdapat pula perbedaan dalam penerimaan. Orang yang memiliki otoritas akan cenderung mudah diterima karena tingkat kepercayaan yang tinggi
• Sugesti akan mudah diterima orang lain, bila pada orang yang bersangkutan telah ada pendapat yang mendahului yang searah. Bila dalam diri orang ada pendapat yang telah mendahului dan searah dengan yang disugestikan maka umumnya orang akan mudah menerima pendapat tersebut
• Sugesti akan mudah diterima orang lain, bila daya kritisnya dihambat. Orang yang kemampuan berpikirnya kurang atau kurang kritis akan mudah dipengaruhi. Daya kritis tersebut akan terhambat bila orang terkena stimulus yang bersifat emosional. Atau dalam keadaan fisik dan jiwa yang lelah. Misal orang yang telah berjam-jam rapat, ia sudah lelah baik fisik maupun psikologis , adanya keenganan untuk berfikir secara berat, sehingga biasanya dalam keadaan yang demikian orang akan mudah menerima pendapat, pandangan dari pihak lain, atau dengan kata lain orang yang bersangkutan akan mudah menerima sugesti dari pihak lain.
• Sugesti akan mudah diterima orang lain, bila kemampuan berpikirnya terpecah belah (dissosiasi).Orang mengalami dissosiasi bila orang itu dalam keadaan kebingungan sehingga mudah menerima pengaruh orang lain. Secara psikologis orang yang dalam keadaan bingung berusaha mencari penyelesaian karena jiwanya tidak tenteram sehingga mudah dipengaruhi oleh pihak lain.
• Sugesti akan mudah diterima orang lain, bila materinya mendapat dukungan orang banyak (sugesti mayoritas). Dalam dalil ini orang akan mudah menrima pandangan, nporma, pendapat dan sebagainya bila hal tersebut telah mendapatkan dukungan mayoritas.
• Sugesti akan mudah diterima orang lain, bila yang memberikan materi adalah orang yang memiliki otoritas. Walau materi yang diberikan sama tetapi kalau yang memberikan berbeda maka akan terdapat pula perbedaan dalam penerimaan. Orang yang memiliki otoritas akan cenderung mudah diterima karena tingkat kepercayaan yang tinggi
• Sugesti akan mudah diterima orang lain, bila pada orang yang bersangkutan telah ada pendapat yang mendahului yang searah. Bila dalam diri orang ada pendapat yang telah mendahului dan searah dengan yang disugestikan maka umumnya orang akan mudah menerima pendapat tersebut
D.
Perbedaan Antara Imitasi dan Identifikasi
Fungsi sikap sebagai cara pemuasan kebutuhan manusia. Untuk
mempelajari tentang proses pembentukan sikap dapat dilakukan melalui proses
imitasi (peniruan) dan proses identifikasi.
Proses imitasi
Proses imitasi berarti proses meniru, adalah suatu proses di mana seseorang memperoleh pola-pola tingkah laku orang lain dengan cara meniru pola-polanya. Hampir semua tingkah laku diperoleh dengan proses imitasi. Dalam proses imitasi, seseorang bertindak sebagai stimulus atau sebagai kunci tingkah laku bagi orang lain. Dia mengamati, stimulus itu, dan berupaya melakukan tingkah laku atau respon yang sama jenisnya, kemudian menirunya secara persis. Jadi langkah pertama yang dilakukan oleh si peniru adalah meniru model yang dia butuhkan untuk diamati dan dipelajari pola-pola responnya. Tingkah laku hasil peniruan ini akan menjadi mantap jika diadakan penghargaan, persetujuan dan diulangi berkali-kali untuk diperkuat.
Proses identifikasi
Proses identifikasi adalah suatu proses di mana seorang individu terlibat secara psikologis di dalam dan menerima pola-pola tingkah laku orang lain. Seseorang yang mempunyai identifikasi dengan orang lain, melihat dirinya seperti orang tersebut, yang pada gilirannya dia bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan model yang dia identifikasi.
Proses identifikasi membutuhkan model yang baik untuk ditiru dan diidentifikasi, sehingga diperlukan figur tokoh yang memang tepat dan baik untuk ditiru, misalnya guru, siswa terbaik, atau tokoh dalam sejarah, dan manajer yang populer dan sukses dalam bidangnya.
Proses imitasi
Proses imitasi berarti proses meniru, adalah suatu proses di mana seseorang memperoleh pola-pola tingkah laku orang lain dengan cara meniru pola-polanya. Hampir semua tingkah laku diperoleh dengan proses imitasi. Dalam proses imitasi, seseorang bertindak sebagai stimulus atau sebagai kunci tingkah laku bagi orang lain. Dia mengamati, stimulus itu, dan berupaya melakukan tingkah laku atau respon yang sama jenisnya, kemudian menirunya secara persis. Jadi langkah pertama yang dilakukan oleh si peniru adalah meniru model yang dia butuhkan untuk diamati dan dipelajari pola-pola responnya. Tingkah laku hasil peniruan ini akan menjadi mantap jika diadakan penghargaan, persetujuan dan diulangi berkali-kali untuk diperkuat.
Proses identifikasi
Proses identifikasi adalah suatu proses di mana seorang individu terlibat secara psikologis di dalam dan menerima pola-pola tingkah laku orang lain. Seseorang yang mempunyai identifikasi dengan orang lain, melihat dirinya seperti orang tersebut, yang pada gilirannya dia bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan model yang dia identifikasi.
Proses identifikasi membutuhkan model yang baik untuk ditiru dan diidentifikasi, sehingga diperlukan figur tokoh yang memang tepat dan baik untuk ditiru, misalnya guru, siswa terbaik, atau tokoh dalam sejarah, dan manajer yang populer dan sukses dalam bidangnya.
E.
Empati
I.
Definisi Empati
Empati adalah
ciri utama dari orang yang memiliki kecerdasan emosional. Empathi sangat
penting untuk kesuksesan hubungan antar manusia. Tanpa empati hubungan kita
akan gagal, karena berarti kita tidak mampu memahami perasaan orang lain.
Akibatnya akan sering terjadi salah persepsi, miskomunikasi dan konflik dengan
orang lain. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia empati berarti kemampuan menghadapi
pikiran dan perasaan orang lain
Empati harus dibangun berdasarkan kesadaran diri, semakin terbuka kita pada emosi sendiri, maka semakin terbuka pada emosi orang lain. Semakin kita memahami emosi dan perasaan diri kita, maka akan semakin bisa kita memahami emosi orang lain.
Empati berasal dari bahasa Yunani εμπάθεια yang berarti “ketertarikan fisik”. Sehingga dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali, mempersepsi, dan merasakan perasaan orang lain.
Empati harus dibangun berdasarkan kesadaran diri, semakin terbuka kita pada emosi sendiri, maka semakin terbuka pada emosi orang lain. Semakin kita memahami emosi dan perasaan diri kita, maka akan semakin bisa kita memahami emosi orang lain.
Empati berasal dari bahasa Yunani εμπάθεια yang berarti “ketertarikan fisik”. Sehingga dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali, mempersepsi, dan merasakan perasaan orang lain.
Menurut KBBI, empati adalah keadaan mental yang
membuat seseorang mengidentifikasi atau merasa dirinya dalam keadaan perasaan
atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.
Sedangkan Eileen R. dan Sylvina S (Kompas, 18
Nop.2006) menjelaskan bahwa empati adalah kegiatan berpikir individu mengenai
“rasa” yang dia hasilkan ketika berhubungan dengan orang lain.
Menurut Bullmer, empati adalah suatu proses
ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan menangkap arti perasaan itu,
kemudian mengkomunikasikannya dengan kepekaan sedemikian rupa hingga
menunjukkan bahwa ia sungguh-sungguh mengerti perasaan orang lain itu. Bullmer
menganggap empati lebih merupakan pemahaman terhadap orang lain ketimbang suatu
diagnosis dan evaluasi terhadap orang lain. Empati menekankan kebersamaan
dengan orang lain lebih daripada sekadar hubungan yang menempatkan orang lain
sebagai obyek manipulatif.
Taylor menyatakan bahwa empati merupakan faktor esensial
untuk membangun hubungan yang saling memercayai. Ia memandang empati sebagai
usaha menyelam ke dalam perasaan orang lain untuk merasakan dan menangkap makna
perasaan itu. Empati memberikan sumbangan guna terciptanya hubungan yang saling
memercayai karena empati mengkomunikasikan sikap penerimaan dan pengertian
terhadap perasaan orang lain secara tepat.
Sedangkan Alfred Adler menyebut empati sebagai
penerimaan terhadap perasaan orang lain dan meletakkan diri kita pada tempat
orang itu. Empathy berarti to
feel in, berdiri sebentar pada sepatu orang
lain untuk merasakan betapa dalamnya perasaan orang itu.
Senada dengan Adler, Tubesing memandang empati
merupakan identifikasi sementara terhadap sebagian atau sekurang-kurangnya satu
segi dari pengalaman orang lain. Berempati tidak melenyapkan kedirian kita.
Perasaan kita sendiri takkan hilang ketika kita mengembangkan kemampuan untuk
menerima pula perasaan orang lain yang juga tetap menjadi milik orang itu.
Menerima diri orang lain pun tidak identik dengan menyetujui perilakunya.
Meskipun demikian, empati menghindarkan tekanan, pengadilan, pemberian nasihat
apalagi keputusan. Dalam berempati, kita berusaha mengerti bagaimana orang lain
merasakan perasaan tertentu dan mendengarkan bukan sekadar perkataannya
melainkan tentang hidup pribadinya: siapa dia dan bagaimana dia merasakan dirinya
dan dunianya.
Menurut definisi Thomas F. Mader & Diane C.
Mader (Understanding One Another: 1990), empati adalah kemampuan seseorang
untuk share-feeling yang dilandasi kepedulian. Kepedulian ini ada
tingkatan-tingkatannya
Menurut
Goleman juga, Empati adalah berusaha setala (seide, sepikiran, seperasaan atau
satu frekeuensi) dengan orang lain. Tiadanya kesetalaan antara orang tua dan
anak, secara emosional akan merugikan anak dan menyebabkan mereka condong ke
emosi yang tidak menyenangkan. Artinya ketika orang tua dan anak saling tidak
memahami, terutama orang tua tidak memahami perasaan anaknya maka, anak akan
cendrung pada emosi negative. Misalnya seorang anak yang memiliki permasalahan
di sekolahnya, mungkin dengan teman atau dengan guru, sehingga semangat dan
motivasi belajarnya menurun.
Orang tua
yang tidak setala dengan anaknya, tidak akan mampu menangkap dan merasakan
perubahan sikap dan perilaku anaknya, sehingga orang tua itu cendrung tidak
peduli, bahkan tetap memaksa anaknya untuk sekolah, tanpa berusaha mengetahui
apa masalah yang dialami anaknya. Atau contoh lain misalnya, seorang anak yang
berhasil berprestasi di sekolah dan mendapatkan hasil ujian yang tertinggi
dibandingkan kawan-kawannya, kemudian dia memperlihatkan nilai yang didapatnya kepada
orang tuanya. Tapi mereka tetap cuek, tidak ada pujian, penghargaan atau turut
bergembira atas keberhasilan anaknya. Akibatnya si anak merasa orang tuanya
tidak peduli terhadap kerja dan usahanya. Kelak hal ini akan mempengaruhi emosi
dan motivasinya untuk berprestasi lagi. Sangat mungkin motivasi belajarnya
menurun.Resonansi Perasaan
Empati
sering disebut-sebut sebagai resonansi dari perasaan. Secara fisika berarti
ikut bergetarnya suatu benda karena persamaan frekuensi. Dengan empati,
seseorang akan membuat frekuensi perasaan dalam dirinya sama dengan frekuensi
perasaaan yang dirasakan orang lain. Sehingga ia turut bergetar, turut
memahami, sekaligus merasakan apa yang dirasakan orang lain. Karena pikiran,
kepercayaan, dan keinginan seseorang berhubungan dengan perasaannya, seseorang
yang berempati akan mampu mengetahui pikiran dan mood orang lain.
Empati ini sangat kita butuhkan. Empati ini akan
membuat kita terbiasa melihat sesuatu dari sisi yang lain. Empati akan membuat
kita bisa cepat memisahkan orang dan masalahnya; empati akan mendorong kita
untuk lebih melihat bagaimana menyelesaikan masalah ketimbang bagaimana
menyerang orang.
Belajar
Berempati dari Tokoh Terdahulu
Seorang pemimpin sangat dituntut
profesionalitasnya dalam menjalankan tugasnya, sebagai contoh pemimpin
kharismatik India Mahatma Gandhi yang menjadi inspirasi gerakan kemerdekaan di
Asia pada era 40-50 an, misalnya, yang memilih berpakaian hanya selembar kain
gandum karena seperti itulah rakyat kebanyakan.
Atau juga tengok Bapak Koperasi kita Bung Hatta
yang menjadi sangat dikenang selain karena intelektualitasnya juga karena
kesederhanaan dan kejujurannya. Semua bentuk empati dan simpatinya itulah yang
membuat mereka menjadi jauh lebih paham seperti apa rakyat yang dipimpinnya ketimbang
mereka-mereka yang memilih gaya borjuis saat menjadi elit politik.
Saat ini bangsa kita sedang membutuhkan
orang-orang yang memiliki “sense of empati” yang tinggi, yang memiliki kepekaan
empati. Empati itu tidak hanya dibutuhkan ketika bangsa kita sedang terpuruk
dengan berbagai bencana yang melanda. Sebagai contohnya, ketika bangsa kita
sedang tertimpa musibah tsunami aceh. Rakyat Indonesia berbondong-bondong
menyumbangkan apa yang dimiliki, baik sumbangan berbentuk materi, tenaga,
maupun dengan doa. Rakyat Indonesia saat itu memang tampak benar-benar bersatu,
bersatu ikut merasakan apa yang dirasakan oleh saudara-saudara di Aceh,
kehilangan sanak keluarga yang tercinta, kehilangan harta bernda, kehilangan
bagian-bagian tubuh, merasakan kehilangan hal-hal berharga yang dimiliki, dan
semua itu telah membuat kita bersatu.
Pertanyaannya apakah kita harus ditegur dulu
dengan musibah semacam itu disertai ribuaan nyawa yang hilang terlebih dahulu
untuk mengaktifkan sensor empati kita? Jika kita ingin mengikuti jejak tokoh
terdahulu yang menunjukka empatinya atas penderitaan rakyat yang dipimpinnya,
rasanya Indonesia akan segera bangkit dari keterpurukan ini. Ya… keterpurukan
yang bukan disebabkan oleh mati surinya industri atau perekonomian. Tapi lebih
kepada matinya hati karena enggan berbagi dan merasakan pahit getirnya
kehidupan saudaranya yang lain. Kini, empati menjadi suatu yang harus hidup
dalam sanubari karena dengan berempati, menunjukkan bahwa kita adalah manusia
yang masih hidup, manusia yang berperasaan, dan akhirnya menuntun kita menjadi
manusia yang bermanfaat untuk sesama.
II.
Faktor Empati
Bagaimana
caranya agar kita dapat menjadi “setala” dengan orang lain?. Atau dapat
menyesuaikan diri dan berempati dengan orang lain?. Salah satu terapinya adalah
dengan melakukan pencerminan atau mirroring yaitu berusaha setala dengan orang
lain dengna cara meniru gerakan, ekspreasi dan cara berbicaranya. Ketika
seseorang berkomunikasi dengan orang lain, jika komunikasi itu berjalan dengan
baik dan kesepahaman. Kita akan melihat bahwa gerakan dan cara berbicara mereka
akan cendrung sama. Kita juga mungkin pernah merasakan hal yang sama. Tanpa
kita sadari gerakan dan bahasa tubuh kita akan mirip dengan kawan bicara kita.
Cara berikutnya untuk menumbuhkan empati dan kesetalaan dengan orang lain adalah dengan berusaha untuk bersikap tenang dan terbuka, karena Empati membutuhkan ketenangan dan kesediaan untuk menerima, sehingga sinyal perasaan halus orang lain dapat ditiru dan diterima oleh otak emosional orang itu sendiri
Cara berikutnya untuk menumbuhkan empati dan kesetalaan dengan orang lain adalah dengan berusaha untuk bersikap tenang dan terbuka, karena Empati membutuhkan ketenangan dan kesediaan untuk menerima, sehingga sinyal perasaan halus orang lain dapat ditiru dan diterima oleh otak emosional orang itu sendiri
III.
Dampak Empati
a.
Dampak Positif
Sikap empati
adalah awal kebaikan dan kemuliaan manusia. Karena empati berkembang dari moral
dan etika. Orang yang berempati akan memiliki moral dan etika sekaligus
memiliki sikap altruism yaitu sikap dan keinginan untuk membantu dan peduli
pada orang lain. Orang yang mau membantu dan peduli pada orang lain adalah
orang yang akan mendapatkan kemuliaan dan kecintaan dari sesame manusia,
walaupun dia sendiri tidak menginginkannya. Namun hokum timbale balik berlaku,
ketika manusia berbuat kebaikan dan membantu manusia, maka manusia itu akan
berusaha untuk membalas kebaikannya, minimal dengan bersikap hormat dan
memuliakan orang yang membantunya.
b.
Dampak Negatif
Sebaliknya,
orang yang tidak memiliki empati akan menjadi penjahat, psikopat, dan kejam
pada orang lain. Psikopat yaitu ketidak mampuan merasakan sedikitpun empati
atau belas kasihan dalam bentuk apapun kepada orang lain. Menurut para pakar
psikologi, hal ini merupakan cacat emosional yang paling membingungkan. Orang
psikopat tidak mampu menjalin hubungan emosi, bahkan yang paling dangkal
sekalipun. Mreka juga pembohong yang lihai untuk memenuhi keinginannya, karena
yang mereka pikirkan adalah kesenangan dan kebahagiaan dirinya saja tanpa
sedikitpun peduli pada orang. Mereka sama sekali tidak berempati dan terhadap
penderitaan orang lain. Mereka bahkan tidak memiliki rasa takut akan hukuman
akibat perbuatannya dan tidak memiliki empati terhadap ketakutan dan
penderitaan korbannya
Orang normal ketika tersinggung atau kesal maka dia akan marah pada orang lain. Bisa jadi dia merespon dengan sikap yang dibarengi kemarahan seperti ungkapan keras dan kasar atau bahkan serangan fisik. Namun para psikopat yang tidak memiliki empati melakukan tindakan menyiksa dan menyakiti orang lain dengan ketenangan dan darah yang dingin, serta tanpa perasaan bersalah. Hal ini yang menyebabkan mereka bisa disebut pembunuh berdarah dingin.
Orang normal ketika tersinggung atau kesal maka dia akan marah pada orang lain. Bisa jadi dia merespon dengan sikap yang dibarengi kemarahan seperti ungkapan keras dan kasar atau bahkan serangan fisik. Namun para psikopat yang tidak memiliki empati melakukan tindakan menyiksa dan menyakiti orang lain dengan ketenangan dan darah yang dingin, serta tanpa perasaan bersalah. Hal ini yang menyebabkan mereka bisa disebut pembunuh berdarah dingin.
F.
Simpati
I.
Definisi Simpati
Anthony
Robbins dalam unlimited power menggunakan istilah simpati dalan menggambarkan
tentang empati ini. Sebenarnya simpati dalam pengertian menurut kamus besar
bahasa Indoensia sama dengan pengertian empati. Simpati menurut KBBI yaitu rasa
kasih, rasa setuju, rasa suka dan keikutsertaan merasakan rasa susah atau rasa
senang orang lain. Hal ini persis sama dengan pengertian empati menurut
Emotional Intelligence.
Menurut Anthony robbins, simpaty adalah kemampuan memasuki dunia seseorang dan menjadikan anda merasa memahaminya. Simpati artinya kemampuan pindah sepenuhnya dari peta dunia anda kepeta dunia orang lain. Inilah inti dari komunikasi yang sukses
Kemampuan meraih simpa ti adalah keterampilan terpenting yang mungkin dikuasai seseorang. Agar memberi performa yang baik dalam pekerjaan kita. Baik pekerjaan kita sebagai guru, marketing ataupun peran kita orang tua, sahabat yang baik, maka yang kita butuhkan adalah simpati, yaitu kemampuan membentuk ikatan dengan sesame manusia dan hubungan yang saling tanggap satu dengan yang lainnya.
Menurut Anthony robbins, simpaty adalah kemampuan memasuki dunia seseorang dan menjadikan anda merasa memahaminya. Simpati artinya kemampuan pindah sepenuhnya dari peta dunia anda kepeta dunia orang lain. Inilah inti dari komunikasi yang sukses
Kemampuan meraih simpa ti adalah keterampilan terpenting yang mungkin dikuasai seseorang. Agar memberi performa yang baik dalam pekerjaan kita. Baik pekerjaan kita sebagai guru, marketing ataupun peran kita orang tua, sahabat yang baik, maka yang kita butuhkan adalah simpati, yaitu kemampuan membentuk ikatan dengan sesame manusia dan hubungan yang saling tanggap satu dengan yang lainnya.
A. Pengertian Simpati Dan Pendapat Para Pakar
Simpati
adalah Sikap menaruh perhatian, ikut merasakan dan memberi dukungan emosional
kepada orang yang sedang menderita.
Menurut Soerjono Soekanto:
Proses seseorang merasa tertarik dengan orang lain. Agar
dapat berlangsung, diperlukan adanya pengertian antara kedua belah pihak.
Menurut Max Weber:
Perasaan Simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang /
kelompok orang atau suatu lembaga formal pada saat –saat khusus. Misalnya
apabila perasaan Simpati itu timbul dari seorang perjaka terhadap seorang gadis
/ sebaliknya kelak akan menimbulkan perasaan cinta kasih / kasih sayang.
Menurut Gillin:
Merupakan proses di mana seseorang merasa tertarik pada pihak
lain. Dorongan utama pada Simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain
dan untuk bekerja sama dengannya.
Menurut Kelompok Kami (Kelompok 7):
Sikap peduli terhadap sesama yang didasari dengan perasaan
ikut merasakan penderitaan orang lain dengan sepenuh hati.
II.
Faktor Simpati
Faktor-faktor Simpati:
1.
Kesamaan pandangan
2.
Kesamaan kepentingan
3.
Kesamaan faktor-faktor histois
4.
Kesamaan rasial
Bagaimana
menciptakan simpati? Kunci sukses dari simpati adalah mencari kesamaan-kesamaan
dengan orang lain, dan mengurangi dan menjauhi perbedaan-perbedaan. Dalam NLP
disebut dengan bercermin (mirroring) atau mencocokan. Apa yang disamakan atau
dicocokkan ? Antara lain :
1. Menyamakan minat, misalnya menyamakan hobi, gaya berpakaian atau kegiatan yang disukai dengan orang lain yang menjadi kawan, saudara atau klien kita
2. Menyamakan asosiasi, yaitu menyamakan hal-hal yang bersifat spesifik dengan orang lain misalnya mempunyai kampung yang sama, atau ,mempunyai teman yang sama
3. Menyamakan kepercayaan, yaitu menyamakan hal-hal yang dipercayai oleh mereka dengan kita, seperti sama-sama meyakini bahwa ibadah dan spiritual adalah jalan keluar dari persoalan hidup.
4. Menyamakan prediket dan kata untuk system representasi internal orang lain. Representasi internal yaitu bagaimana orang lain mengolah informasi. Apakah prediket atau kata untuk representasi visual, auditorial atau kinestetik. Prediket untuk Representasi visual yaitu melihat (see), memandang (look), membayangkan (imagine), menunjukkan (show) dan lain-lain. Prediket untuk representasi auditorial yaitu mendengar (hear), mendengarkan (listen), sounds ( terdengar) dan harmonize (mengharmoniskan). Sedangkan prediket untuk representasi kinestetik yaitu merasakan (feel), menyentuh (touch), get hold of (memegang) dan lain-lain
5. Menyamakan nada dan volume suara. Menyamakan irama perkataan dan tinggi rendahnya volume suara orang lain.
6. Menyamakan fisiologi, ekspresi wajah, tatapan mata, pola bernafas, gesture tubuh seperti gerak-gerik tangan atau gerakan lain yang khas. 50 % komunikasi yang berhasil berasal dari ekspresi wajah dan gesture tubuh ini. Pikiran sadar menangkap kata-katanya, pikiran bawah sadar menangkap fisiologi
1. Menyamakan minat, misalnya menyamakan hobi, gaya berpakaian atau kegiatan yang disukai dengan orang lain yang menjadi kawan, saudara atau klien kita
2. Menyamakan asosiasi, yaitu menyamakan hal-hal yang bersifat spesifik dengan orang lain misalnya mempunyai kampung yang sama, atau ,mempunyai teman yang sama
3. Menyamakan kepercayaan, yaitu menyamakan hal-hal yang dipercayai oleh mereka dengan kita, seperti sama-sama meyakini bahwa ibadah dan spiritual adalah jalan keluar dari persoalan hidup.
4. Menyamakan prediket dan kata untuk system representasi internal orang lain. Representasi internal yaitu bagaimana orang lain mengolah informasi. Apakah prediket atau kata untuk representasi visual, auditorial atau kinestetik. Prediket untuk Representasi visual yaitu melihat (see), memandang (look), membayangkan (imagine), menunjukkan (show) dan lain-lain. Prediket untuk representasi auditorial yaitu mendengar (hear), mendengarkan (listen), sounds ( terdengar) dan harmonize (mengharmoniskan). Sedangkan prediket untuk representasi kinestetik yaitu merasakan (feel), menyentuh (touch), get hold of (memegang) dan lain-lain
5. Menyamakan nada dan volume suara. Menyamakan irama perkataan dan tinggi rendahnya volume suara orang lain.
6. Menyamakan fisiologi, ekspresi wajah, tatapan mata, pola bernafas, gesture tubuh seperti gerak-gerik tangan atau gerakan lain yang khas. 50 % komunikasi yang berhasil berasal dari ekspresi wajah dan gesture tubuh ini. Pikiran sadar menangkap kata-katanya, pikiran bawah sadar menangkap fisiologi
A. Latar
Belakang Dan Perkembangan Simpati
Simpati adalah Suatu proses
kejiwaan dimana seseorang individu merasa tertarik kepada seseorang atau
sekelompok orang karena sikapnya, penampilannya, wibawanya atau perbuatannva
yang sedemikian rupa. Dikatakan sedemikan rupa, karena bagi sebagian orang, sikap,
penampilan, wibawa atau perbuatannya itu biasa-biasa saja. Proses Simpati ini
mempunyai peranan penting dalam keberlangsungan interaksi sosial yang di bangun
oleh individu maupun kelompok masyarakat.
Simpati adalah perasaan
ketertarikan seseorang terhadap orang lainnya. Pengertian ketertarikan disini
bukan ketertarikan dalam artian hubungan romantis, tapi dugaan atau pendapat
bahwa orang yang dituju itu adalah orang yang menarik. Mudahnya, seperti
mengatakan, “Wah, orang yang menarik.” Bisa jadi rasa ini timbul ketika melihat
seseorang yang mampu melakukan hal-hal tertentu yang dianggap unik atau hebat,
atau sekedar rasa tertarik secara fisik saja. Misalnya seperti, “Wah, gadis itu
cantik ya.” Umumnya terjadi pada pandangan sekilas.
Respek adalah rasa hormat terhadap
orang lain. Bukan sekedar hormat saja, tapi juga hormat yang disertai rasa
kekaguman. Bisa dibilang ini adalah tingkat lanjutan dari Simpati yang
dijabarkan di atas (bukan empati; jika empati maka yang kita bicarakan sudah
lain hal). Respek bukan sekedar tertarik dan kagum karena hal-hal yang dilihat
secara sekilas saja, tapi rasa respek terhadap orang tertentu baru muncul
setelah seseorang mengetahui pribadi atau perbuatan si orang yang direspek
dengan lebih dalam. Misalnya setelah berkenalan dengan seorang teman, kemudian
dalam tempo waktu tertentu menyadari bahwa dia ahli dalam suatu bidang, bisa
jadi timbul rasa respek terhadap teman itu.
Rasa keintiman, dalam hal ini,
bisa dikategorikan sebagai tingkat yang paling mendalam. Dan pada umumnya lebih
sering terjadi pada lawan jenis. Rasa keintiman sudah lebih dari sekedar
respek; ada rasa posesif dan unsur romantis yang ditambah dalam perasaan yang
ini. Misalnya si Andi yang tadinya hanya sekedar respek dengan si Anti karena
pintar, kemudian setelah mengenal pribadi Anti lebih jauh dan lebih dalam lagi,
timbul rasa keintiman yang dimaksud. Keintiman disini bukan konotasi negatif
dalam artian ‘hubungan’ antara laki-laki dan perempuan, tapi rasa ketertarikan
yang lebih. Atau beberapa orang lebih suka menyebutnya cinta. Biasanya proses ini
terjadi dalam jangka waktu yang lebih lama daripada Simpati maupun respek.
Terkadang, bagi manusia yang hati
dan perasaannya begitu subjektif dan bisa berubah-ubah tergantung bagaimana
cara ia memandang sesuatu, agak sulit untuk memisahkan bagian-bagian dari
perasaan yang sudah dipaparkan di atas. Prasangka dan praduga terhadap apa yang
dirasakan oleh orang lain pun mendukung sikap manusia yang satu ini. Hal ini
terutama akan makin sulit ketika sudah terjadi pada lawan jenis.
Kadang tembok pembatas antara rasa
respek dan keintiman terlihat begitu tipis, dan bukan tidak mungkin kalau
kadang manusia menembusnya tanpa menduga apa yang sebenarnya ada
di baliknya.
Sikap Simpati lebih cenderung pada
rasa belas kasihan, tetapi tidak dinyatakan dalam sikap yang konkret untuk
menolong. Simpati akan dapat berkembang jika terdapat saling pengertian dari
kedua belah pihak. Simpati disampaikan kepada seseorang pada saat-saat
tertentu, bisa saat bergembira bisa pula saat bersedih. Misalnya, saat
seseorang tertimpa musibah. Perasaan Simpati bisa menimbulkan perasaan sayang.
Pada dasarnya dorongan manusia
untuk melakukan interaksi dengan orang lain salah satunya karena orang merasa
tertarik dengan orang tersebut. Dalam suatu interaksi sosial pengaruh psikis
yang paling mendasar adalah Simpati seseorang terhadap orang lain. Pada
dasarnya Simpati adalah suatu sikap tertarik kepada orang lain karena sesuatu
hal mungkin karena menarik penampilannya, mungkin karena kebijaksanaanya atau
karena pola pikir yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh orang yang
menaruh Simpati.
Kata Simpati berasal dari kata
Yunani, “sympatheia” yang berarti mempunyai perasaan yang sama. Simpati
mengandung kemampuan untuk ambil bagian dengan perasaan orang lain yang sedang
menderita. Perasaan ini dilandasi oleh kemampuan untuk menaruh perhatian atas
diri orang lain.
Simpati mempunyai hubungan dengan
penyimpangan sosial yaitu sebagai sikap positif dalam penyimpangan sosial.
Sikap positifnya yaitu memperbaiki segala pelaku penyimpangan sosial menjadi
pelaku penyimpangan sosial yang positif.
Tujuan dan Fungsi Simpati
Tujuan Simpati:
1.
Untuk memahami orang lain yang sedang dalam kesusahaan
2.
Mengurangi masalah-masalah yang ada
3.
Agar terjadi saling pengertian diantara kedua belah pihak
4.
Untuk menyatakan suatu hal kepada seseorang
5.
Untuk menyatakan pendapat mengenai suatu hal
Fungsi Simpati:
1.
Membuat seseorang sanggup untuk memahami pandangan atau
situasi pelaku penyimpangan sosial
2.
Orang dapat mendukung pelaku penyimpangan yang positif
3.
Orang dapat mendorong pelaku penimpangan yang negatif untuk
memperbaiki diri
4.
Dapat meringankan beban orang yang sedang tertimpa masalah
5.
Dapat menjadi perantara dalam menyatakan suatu hal
III.
Contoh-contoh
Simpati
·
Menjenguk orang yang sakit
·
Membantu orang yang tertimpa musibah
·
Menolong orang yang kesusahan
·
Membantu memecahkan masalah seseorang
·
Membantu korban bencana alam
·
Meringankan biaya sekolah
·
Turut berduka cita atas meninggalnya seseorang
·
Menghibur teman yang sedang bermasalah
·
Mengucapkan selamat kepada orang yang sedang berbahagia
·
Memberikan sebagian harta kepada orang yang kurang mampu
·
Turut berbahagia atas keberhasilan orang lain
·
Mendirikan panti asuhan bagi anak-anak yatim piatu dan
anak-anak terlantar
·
Mendirikan tenda dan posko bantuan untuk korban bencana alam
IV.
Kesimpulan Dan Saran Mengenai Simpati
Bahwa sesungguhnya Simpati itu merupakan sikap peduli
terhadap sesama yang muncul dari hati seseorang yang merasakan apabila hal yang
dirasakan orang lain itu terjadi kepadanya. Sikap Simpati sebenarnya bersifat
positif karena muncul dari hati nurani manusia sehingga apabila sikap Simpati
dimiliki oleh seseorang maka orang tersebut itu perilakunya akan selalu tertuju
kepada hal yang positif bukan negatif.
Sikap Simpati juga dapat berupa pendapat terhadap suatu hal
dengan cara memberikan suatu komentar terhadap hal tersebut. Simpati juga
bersangkutan dengan peyimpangan sosial yaitu mengubah seluruh penyimpangan yang
ada menjadi kedalam bentuk yang positif. Pada dasarnya Simpati adalah suatu
sikap tertarik kepada orang lain karena sesuatu hal mungkin karena menarik
penampilannya, mungkin karena kebijaksanaanya atau karena pola pikir yang
sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh orang yang menaruh Simpati.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Simpati antara lain
kesamaan pandangan, kesamaan kepentingan, kesamaan faktor-faktor histois,
kesamaan rasial.
Simpati itu sebenarnya telah dimiliki oleh semua orang tetapi
orang kadang-kadang tidak menyadarinya dan membiarkannya begitu saja. Buktinya
semua orang dapat merasakan penderitaan orang lain dari dalam hatinya yang
sangat dalam.
BENTUK INTERAKSI SOSIAL
Menurut
bentuknya, Selo Soemardjan membagi interaksi menjadi empat, yaitu;
a.
Kerja sama (cooperation)
b.
Persaingan (competition)
c.
Pertikaian (conflict)
d.
Akomodasi (acommodation), yaitu bentuk interaksi penyelesaian dari
pertikaian
Masyarakat
indonesia termasuk tipe masyarakat Kooparatif, dengan cirinya yang khas yaitu
“gotong royong”. Masyarakat Amerika serikat termasuk tipe masyarakat yang
kompetitif, yaitu masyarakat yang saling-berlomba-lomba mencari
kedudukan/status sosial, harta, dan sebagainya (Gunawan, 2000;33)
Bentuk-bentuk interaksi sosial tersebut dapat
terjadi secara berantai terus menerus, bahkan dapat berlangsung seperti
lingkaran tanpa berujung. Proses interaksi sosial bisa bermula dari setiap
kerja sama, persaingan, pertikaian, ataupu
akomodasi; kemudian dapat berubah lagi menjadi kerja sama, begitu
seterusnya. Misalnya suatu pertikaian, untuk
sementara waktu dapat diselesaikan; kemudian dapat bekerja sama; berubah
menjadi persaingan; apabila persaingan ini memuncak, maka dapat terjadi pertikaian.
Kerja
sama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana didalamnya terdapat aktifitas
tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu
dan saling memahami tehadap aktifitas masing-masing. Sehubungan dengan
pelaksanaan kerja sama, menurut Soerjono Soekanto ada tiga bentuk kerja sama,
yaitu :
a)
Bargaining,
yaitu
pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara
dua organisasi atau lebih.
b)
Cooptation,
yakni
suatu proses penerimaan unsure-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan
politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari
terjadinya keguncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
c)
Coalition,
adalah
kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.
Coalition dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu,
oleh karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur
yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Akan tetapi untuk mencapai tujuan bersama,
maka sifatnya adalah kooperatif.
Persaingan
merupakan usaha dari seseorang untuk mencapai sesuatu yang lebih daripada yang
lainnya. Sesuatu itu bisa berupa bentuk harta benda atau popularitas tertentu.
Persaingan biasanya bersifat individu, apabila hasil dari persaingan tersebut
dianggap cukup untuk memenuhi kepentingan pribadi, bentuk kegiatan ini biasanya
didorong oleh motivasi sebagai berikut.
a)
Mendapatkan status sosial
b)
Memperoleh jodoh
c)
Mendapatkan kekuasaan
d)
Mendapatkan nama baik
e)
Mendapatkkan kekayaan dan lain-lain
Pertikaian
adalah bentuk persaingan yang berkemban secara negative, artinya disatu pihak
bermaksud untuk mencelakakan atau paling tidak berusaha untuk menyingkirkn
pihak lainnya. Singkatnya pertikaian dapat diartikan sebagai usaha penghapusan
keberadaan pihak lain. Akomodasi adalah suatu keadaan hubungan antara kedua
belah pihak yang menunjukkan keseimbangan yang
berhubungan dengan nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.
Akomodasi merupakan suatu proses yang merupakan perkembangan dari pertikaian,
dimana masing-masing pihak melakukan penyesuaian dan berusaha untuk mencapai
kesepakatan untuk tidak saling bertentangan (Abdulsyani.2007;156-159)
2.1.5
Pola-Pola Hubungan (Interaksi) Sosial
Interaksi
atau proses sosial (hubungan
timbal-balik yang dinamis di antara unsur-unsur sosial) dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu pola interaksi asosiatif dan pola interaksi disosiatif. Pola
interaksi asosiatif merupakan proses-proses yang mendorong dicapainya
akomodasi, kerjasama dan asimilasi, yang
pada giliran selanjutnya menciptakan keteraturan sosial. Pola interaksi
disosiatif merupakan proses-proses yang mengarah kepada terciptanya
bentuk-bentuk hubungan sosial yang berupa persaingan (kompetisi), kontravensi
ataupun konflik (pertikaian), yang pada giliran berikutnya menghambat terjadinya keteraturan sosial.
1.
Pola interaksi Asosiatif
a)
Kerja Sama (Cooperation) Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
kelompok manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila
orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada
kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua.
Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas jasa
yang akan diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu
diperlukan bagi mereka yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya dapat
terlaksana dengan baik. Kerja sama timbul karena orientasi orangperorangan
terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan
out-groupnya). Kerja sama akan bertambah kuat jika ada hal-hal yang menyinggung
anggota/perorangan lainnya.
Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles
H.Cooley ”kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup
pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi
kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan
yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama
yang berguna”. Dalam teori-teori
sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama yang biasa diberi nama kerja
sama (cooperation).Kerjasama tersebut lebih lanjut dibedakan lagi dengan :
a.
Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation) : Kerjasama yang sertamerta
b.
Kerjasama Langsung (Directed Cooperation) : Kerjasama yang merupakan hasil
perintah atasan atau penguasa
c.
Kerjasama Kontrak (Contractual Cooperation) : Kerjasama atas dasar tertentu
d.
Kerjasama Tradisional (Traditional Cooperation) : Kerjasama sebagai bagian atau
unsur dari sistem sosial.
Ada
5 bentuk kerjasama :
a.
Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong
b.
Bargaining, Yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran barangbarang dan
jasa-jasa antara 2 organisasi atau lebih
c.
Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu
cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang
bersangkutan
d.
Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang
mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang
tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut
kemungkinan mempunyai struktut yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan
tetapi, karena maksud utama adalah untuk mencapat satu atau beberapa tujuan
bersama, maka sifatnnya adalah kooperatif.
e.
Joint venture, yaitu kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu,
misalnya pengeboran minyak, pertambangan batubara, perfilman, perhotelan, dst.
b)
Akomodasi (Accomodation) Pengertian Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua
arti : menujuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses.
Akomodasi menunjuk pada keadaan, adanya suatu keseimbangan dalam interaksi
antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma
sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu
proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu
pertentangan yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.Menurut Gillin
dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang digunakan oleh para
sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang
sama artinya dengan adaptasi dalam biologi. Maksudnya, sebagai suatu proses
dimana orang atau kelompok manusia yang mulanya saling bertentangan, mengadakan
penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan
suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan
sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
Tujuan
Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu :
Untuk mengurangi pertentangan antara orang
atau kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham Mencegah meledaknya suatu
pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporerMemungkinkan terjadinya
kerjasama antara kelompok sosial yang hidupnya terpisah akibat faktor-faktor
sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yang
mengenal sistem berkasta. mengusahakan peleburan antara kelompok sosial yang
terpisah.
Bentuk-bentuk
Akomodasi
a.
Corecion, suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya
paksaan
b.
Compromise, bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi
tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
c.
Arbitration, Suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang
berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri
d.
Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari
pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
e.
Toleration, merupakan bentuk akomodasi tanpa
persetujuan yang formal bentuknya.
f.
Stalemate, suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena
mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada satu titik tertentu dalam
melakukan pertentangannya.
g.
Adjudication, Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan
c)
Asimilasi (Assimilation), Asimilasi
merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya
usaha-usaha mengurangi perbedaanperbedaan yang terdapat antara orang-perorangan
atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi
kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses mental dengan memerhatikan
kepentingan dan tujuan bersama.
Proses
Asimilasi timbul bila ada :
Kelompok-kelompok
manusia yang berbeda kebudayaannya orangperorangan sebagai warga kelompok tadi
saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama sehingga
kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing
berubah dan saling menyesuaikan diri.
Beberapa
bentuk interaksi sosial yang memberi arah ke suatu proses asimilasi (interaksi
yang asimilatif) bila memilih syarat-syarat berikut ini Interaksi sosial
tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, dimana pihak yang lain
tadi juga berlaku sama. interaksi sosial tersebut tidak mengalami
halangan-halangan atau pembatasan-pembatasan Interaksi sosial tersebut bersifat
langsung dan primer.
Frekuensi
interaksi sosial tinggi dan tetap, serta ada keseimbangan antara pola-pola
tersebut. Artinya, stimulan dan tanggapan-tanggapan dari pihak-pihak yang
mengadakan asimilasi harus sering dilakukan dan suatu keseimbangan tertentu
harus dicapai dan dikembangankan.
Faktor-faktor
yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah :
Toleransi
kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi sikap menghargai orang
asing dan kebudayaannya sikap tebuka dari golongan yang berkuasa dalam
masyarakat persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan perkawinan campuran
(amaigamation).
Faktor
umum penghalangan terjadinya asimilasi Terisolasinya kehidupan suatu golongan
tertentu dalam masyarakat kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang
dihadapi dan sehubungan dengan itu seringkali menimbulkan faktor ketiga
perasaan takut terhadapn kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi perasaan bahwa
suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada
kebudayaan golongan atau kelompok lainnya. Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna
kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniah dapat pula menjadi salah satu
penghalang terjadinya asimilasi In-GroupFeeling yang kuat menjadi penghalang
berlangsungnya asimilasi. In Group Feeling berarti adanya suatu perasaan yang
kuat sekali bahwa individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang
bersangkutan. Gangguan dari golongan yang berkuasa terhadap minoritas lain
apabila golongan minoritas lain
mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa faktor perbedaan
kepentingan yang kemudian ditambah dengan pertentangan-pertentangan
pribadi.Asimilasi menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial dan
dalam pola adat istiadat serta interaksi sosial. Proses yang disebut terakhir
biasa dinamakan akulturasi. Perubahan-perubahan dalam pola adat istiadat dan
interaksi sosial kadangkala tidak terlalu penting dan menonjol.
2.
Pola interaksi Disosiatif
Pola
interaksi disosiatif sering disebut sebagai oppositional proccesses, yang
persis halnya dengan kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat,
walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial
masyarakat bersangkutan. Oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan
seseorang atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Pola-pola
oposisi tersebut dinamakan juga sebagai perjuangan untuk tetap hidup (struggle for
existence). Untukkepentingan analisis ilmu pengetahan, oposisi proses-proses
yang disosiatif dibedkan dalam tiga bentuk, yaitu :
A.
Persaingan (Competition)
Persaingan
atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu
atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang
kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik
perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau
dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau
kekerasan. Persaingan mempunya dua tipe umum
:a.
Bersifat Pribadi : Individu, perorangan, bersaing dalam memperoleh kedudukan.
Tipe ini dinamakan rivalry.
b.
Bersifat Tidak Pribadi : Misalnya terjadi antara dua perusahaan besar yang
bersaing untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.
Bentuk-bentuk
persaingan :
a.
Persaingan ekonomi : timbul karena terbatasnya persediaan dibandingkan dengan
jumlah konsumen Persaingan kebudayaan : dapat menyangkut persaingan bidang
keagamaan, pendidikan, dst.
b.
Persaingan kedudukan dan peranan : di dalam diri seseorang maupun di dalam
kelompok terdapat keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang
mempunyai kedudukan serta peranan terpandang.
c.
Persaingan ras : merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Hal ini disebabkan
krn ciri-ciri badaniyah terlihat dibanding unsur-unsur kebudayaan lainnya.
Persaingan
dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai beberapa fungsi :
Menyalurkan
keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitifSebagai jalan dimana
keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa medapat pusat
perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing.Sebagai alat untuk
mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial. Persaingan berfungsi untuk
mendudukan individu pada kedudukan serta peranan yang sesuai dengan
kemampuannya. Sebagai alat menyaring para warga golongan karya
(”fungsional”)Hasil suatu persaingan terkait erat dengan pelbagai faktor
berikut ini ”Kerpibadian seseorang
a.
Kemajuan : Persaingan akan mendorong seseorang untuk bekerja keras dan
memberikan sahamnya untuk pembangunan masyarakat.
b.
Solidaritas kelompok : Persaingan yang jujur akan menyebabkan para individu
akan saling menyesuaikan diri dalam hubungan-hubungan sosialnya hingga tercapai
keserasian.
c.
Disorganisasi : Perubahan yang terjadi terlalu cepat dalam masyarakat akan
mengakibatkan disorganisasi pada struktur sosial.
B.
Kontraversi (Contravetion)
Kontravensi
pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara
persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk kontraversi menurut Leo von Wiese dan
Howard Becker ada 5 : yang umum meliputi perbuatan seperti penolakan,
keenganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguang-gangguan,
kekerasan, pengacauan rencanayang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang
lain di muka umum, memakimaki melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah,
melemparkan beban pembuktian pada pihak lain, dst. yang intensif, penghasutan,
menyebarkan desas desus yang mengecewakan pihak lain yang rahasia, mengumumkan
rahasian orang, berkhianat. yang taktis, mengejutkan lawan, mengganggu
dan membingungkan pihak lain.
Menurut
Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum kontravensi :
a.
Kontraversi generasi masyarakat : lazim terjadi terutama pada zaman yang sudah
mengalami perubahan yang sangat cepat
b.
Kontraversi seks : menyangkut hubungan suami dengan istri dalam keluarga.
c.
Kontraversi Parlementer : hubungan antara golongan mayoritas dengan golongan
minoritas dalam masyarakat.baik yang menyangkut hubungan mereka di dalam
lembaga legislatif, keagamaan, pendidikan, dst.
Tipe
Kontravensi :
Kontravensi
antar masyarakat setempat, mempunyai dua bentuk :
Kontavensi
antarmasyarakat setempat yang berlainan (intracommunity struggle)
Kontravensi
antar golongan-golongan dalam satu masyarakat setempat
(intercommunity
struggle).
C.
Pertentangan (Conflict)
Pertentangan
(Pertikaian atau conflict) Pribadi maupun kelompok menydari adanya
perbedaan-perbedaan misalnya dalam ciri-ciri badaniyah, emosi, unsurunsur
kebudayaan, pola-pola perilaku, dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut
dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau
pertikaian.
Sebab
musabab pertentangan adalah :
a.
Perbedaan antara individu
b.
Perbedaan kebudayaan
c.
Perbedaan kepentingan
d.
Perubahan sosial.
Pertentangan
dapat pula menjadi sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan
dalam masyarakat. Timbulnya pertentangan merupakan pertanda bahwa akomodasi
yang sebelumnya telah tercapai.
Pertentangan
mempunyai beberapa bentuk khusus:
a.
Pertentangan pribadi
b.
Pertentangan Rasial : dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa adanya
perbedaan antara mereka yang menimbulkan pertentangan
c.
Pertentangan antara kelas-kelas sosial : disebabkan karena adanya perbedaan
kepentingan
d.
Pertentangan politik : menyangkut baik antara golongan-golongan dalam satu
masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat
e.
Pertentangan yang bersifat internasional : disebabkan perbedaan-perbedaan
kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan Negara. Pola-pola
hubungan (interaksi) sosial yang teratur dapat terbentuk apabila ada tata
kelakuan atau perilaku dan hubungan yang sesuai dengan situasi dan kondisi
masyarakat. Sistem itu merupakan pranata sosial yang didalamnya terdapat
nilai-nilai dan norma-norma yang dipedomani serta ada lembaga sosial yang
mengurus pemenuhan kebutuhan masyarakat sehingga interaksi sosial dalam
masyarakat dapat berjalan secara teratur.
2.2
Lembaga Sosial
Istilah
lembaga berasal dari kata Institution yang menunjuk pada penegertian tentang
sesuatu yang telah mapan (Established). Dalam pengertian sosiologis, lembaga
dapat dilukiskan sebagai suatu organ yang berfungsi dalam kehidupan masyarakat.
lembaga-lembaga pada mulanya terbentuk dari suatu kebiasaan dilakukakan terus
menerus sampai menjadi adat istiadat; kemudian berkembangmenjadi tata kelakuan
(Mores)(Abdulsyani,2007;75).
Ada
3 (tiga) isilah yang bisa digunakan untuk menterjemahkan isitilah bahasa
inggris
”social institution”, yaitu ;
a.
Bangunan sosial, sebagai terjemahan langsung istilah aslinya dari bahasa jerman
yaitu Die Siziale Gebielde yang menunjuk pada bentuk dan susunannya, atau lebih
menunjuk pada wujud luarnya.
b.
Pranta sosial, adalah suatu istilah yang dikemukakan oleh Koencoroningrat yang
dimaksudkan sebagai suatu sistem tata kelakuan dalam hubungan yang
berpusat pada aktiitas-aktifitas untuk
memenuhi kompleks-kompleks khusus dalam kehidupan bermasyarakat. Istilah ini
lebih menunjuk pada sistem penataan didalamnya.
c.
Lembaga sosial, adalah suatu istilah yang dikemukakan oleh Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, menurut mereka, lembaga sosial ialah semua norma dari
segala tingkatan yang berkisar pada suatu keperluan pokok dalam kehidupan bermasyarakat, (menunjuk pada bentuk wadah
serta norma yang terkandung didalamnya).Berbagai pakar memberikan definisinya
masing-masing, tetapi dapat disimpulkan, bahwa lembaga sosial adalah struktur
sosial beserta perlengkapannnya, yang dengan struktur sosial ini masyarakat
manusia mengatur, mengarahkan, dan melaksanakan berbagai kegiatan yang
diperlukan untuk memnuhi kebutuhan hidup manusia (Gunawan,2000;23)
Menurut
R. M. Mac Iver dan CH. Page dalam bukunya yang berjudul Society, bahwa lembaga
merupakan bentuk-bentuk atau kondisi-kondisi prosedur yang mapan, yang menjadi
karakteristik bagi aktivitas kelompok. Kelompok yang melaksanakan
patokan-patokan tersebut, disebut Asosiasi. Dengan demikian lembaga mencakup
berbagai aspek, yaitu kebiasaan, tata kelakuan, norma atau kaidah hukum, hal
ini berarti istilah lembaga merupakan
kumpulan dari berbagai cara berprilaku yang diakui oleh anggota masyarakat
sebagai sarana untuk mengatur hubungan-hubungan sosial. Soerjono Soekanto
menyimpulkan lembaga sosial yaitu sebagai sarana jaringan daripada
proses-proses hubungan antara manusia dan antara kelompok manusia yang
berfungsi untuk memelihara hubunganhubungan tersebut serta pola-polanya, sesuai
dengan kepentingan manusia dan
kelompoknya. Lembaga sosial adalah seperangkat norma yang terinstitusionalisasi
(institutionalized), yaitu :
a.
Telah diterima sejumlah besar anggota sistem sosial.
b.
Ditanggapi secara sungguh-sungguh.
c.
Diwajibkan, dan terhadap pelanggarnya dikenakan sanksi tertentu.
2.2.1
Tipe-Tipe(Macam-Macam) Lembaga Sosial
Menurut
Gillin dan Gillin ada lima tipe lembaga sosial, Lembaga sosial dapat dibedakan
atas berbagai jenis dari beberapa sudut :
a)
Berdasarkan sistem nilai yang diterima masyarakat
a.
Basic Institutions, Lembaga sosial yang sangat penting untuk memelihara dan
mempertahankan tata tertib masyarakat, misalnya keluarga, sekolah, dan negara.
b.
Subsidiary Institutions, Lembaga yang dianggap masyarakat kurang penting,
contohnya rekreasi.
b)
Berdasarkan perkembangannya
a.
Crescive Institutions, Lembaga sosial
yang tidak disengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat sehingga disebut juga
lembaga paling primer. Contohnya, lembaga hak milik, perkawinan, dan agama.
b.
Enacted Institutions, Lembaga sosial
yang sengaja dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu. Contohnya, lembaga
utang-piutang, lembaga pendidikan.
c)
Berdasarkan penerimaan masyarakat
a.
Approved Institutions, Lembaga sosial
yang diterima secara umum oleh masyarakat. Contohnya, lembaga pendidikan,
ekonomi (perdagangan).
b.
Unsanctioned Institutions, Lembaga
sosial yang ditolak dan tidak dikehendaki keberadaannya oleh masyarakat
meskipun mereka tidak mampu memberantasnya secara tuntas. Contohnya, kejahatan.
d)
Berdasarkan penyebarannya
a.
General Institutions, Lembaga yang dikenal dan diakui oleh hampir seluruh
masyarakat dunia. Contohnya, lembaga agama, dan hak asasi
manusia.
b.
Restricted Institutions, Lembaga sosial yang hanya dikenal oleh sebagian
masyarakat tertentu saja. Contohnya, lembaga budaya Indonesia.
e)
Berdasarkan fungsinya
a.
Cooperative Institutions, Lembaga sosial yang berfungsi menghimpun pola-pola
atau cara-cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu. Contohnya,
lembaga industri.
b.
Regulative Institutions, Lembaga sosial yang berfungsi mengawasi tata kelakuan
dalam masyarakat. Contohnya, lembaga hukum (pengadilan atau kejaksaan)
2.2.2
Ciri-Ciri Lembaga Sosial
Alex
Inkeles menjelaskan bahwa dalam struktur terdapat sistem tindakan, yaitu
seluruh perangkat kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai dan cara-cara bertindak yang
baku yang biasanya diwujudkan oleh suatu kelompok yang mempunyai hubungan
sosial timbal balik yang relatif langgeng. Perlu dipahami bahwa dasar utama
suatu lembaga adalah menyangkut stabilitas progresif, artinya pola kehidupan
baru dalam pemenuhan kebutuhan tertentu merupakan terminal struktur yang
berkemajuan. Aktivitas sosial yang dapat dihimpun menjadi kebiasaan-kebiasaan
yang berkaitan erat dengan peranan-peranan dari perangkat struktur dapat
dinamakan lembaga (Kamanto Sunarto, 2006).
Ciri-ciri
umum dari pada lembaga sosial (kemasyarakatan), menurut Gillin and Gillin
adalah sebagai berikut:
a.
Suatu lembaga kemasyarakatan adalah suatu organisasi dari pada pola-pola
pemikiran dan pola-pola perikelakuan yang terwujud melelui aktivitas-aktivitas
kemasyarakatan dan hasil-hasilnya. Lembaga kemasyarakatan terdiri dari
unsur-unsur kebudayaan lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung
tergabung dalam satu unit yang fungsional.
b.
Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri dari semua lembaga
kemasyarakatan. Sistem- sistem kepercayaan dan aneka macam tindakan, baru
menjadi bagian lembaga kemasyarakatan setelah melewati waktu yang relatif lama.
Misalnya suatu sistem pendidikan tertentu baru akan dapat diterapkan
seluruhnya, setelah mengalami suatu percobaan. Lembaga-lembaga kemasyarakatan
biasanya juga berumur lama sekali, oleh karena pada umumnya orang menganggapnya
sebagai himpunan norma-norma yang berkisar pada kebutuhan pokok masyarakat yang
sudah sewajarnya harus dipelihara.
c.
Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu. Mungkin
tujuan-tujuan tersebut tidak sesuai atau sejalan dengan fungsi lembaga yang
bersangkutan, apabila dipandang dari sudut kebudayaan secara keseluruhan.
d.
Lembaga kemasyarakatan mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan, seperti misalnya bangunan, peralatan
mesin-mesin dan sebagainya. Bentuk serta penggunaan alat-alat tersebut biasanya
berlainan antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
e.
Lambang-lambang biasanya juga merupakan ciri yang khas dari lembaga
kemasyarakatan. Lambang-lambang tersebut secara simbolis menggambarkan tujuan
dan fungsi lembaga yang bersangkutan.
f.
Suatu lembaga kemasyarakatan, mempunyai suatu tradisi yang tertulis ataupun
yang tak tertulis, yang merumuskan tujuannya, tata-tertib yang berlaku dan
lain-lain. Tradisi tersebut, merupakan dasar bagi lembaga itu didalam
pekerjaannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok dari pada masyarakat,
dimana lembaga kemasyarakatan tersebut menjadi bagiannya (Soerjono Soekanto,
1983).
Secara
lebih singkat, Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, memperinci ciri-ciri
lembaga kemasyarakatan sebagai berikut:
a.
Merupakan unit yang fungsional, merupakan organisasi pola pemikiran dan
perilaku yang terwujud melalui aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya.
b.
Mempunyai tingkat kekekalan tertentu, yaitu telah teruji dan berupa himpunan
norma-norma pencapaian kebutuhan pokok yang sewajarnya harus dipertahankan.
c.
Mempunyai tujuan atau beberapa tujuan tertentu.
d.
Mempunyai perangkat peralatan untuk mencapai tujuan lembaga tersebut, misalnya:
bangunan gedung, mesin-mesin, alat-alat lain.
e.
Mempunyai alat pengebor semangat, misalnya: lambang-lambang, panjipanji,
slogan-slogan, semboyan-semboyan dan lain sebagainya.
f.
Mempunyai tradisi atau tata-tertib sendiri.lembaga merupakan kumpulan dari
berbagai cara berperilaku yang diakui oleh anggota-anggota masyarakat sebagai
sarana untuk mengatur hubungan-hubungan sosial. Dengan demikian secara
sosiologis, lembaga dalam pengertian hubungan sosial dapat diartikan sebagai
suatu jaringan proses hubungan antar manusia dalam kehidupan masyarakat, di
mana dalam proses tersebut terdapat suatu pola perilaku yang disepakati bersama
sebagai patokan agar stabilitas kerjasama upaya mencapai tujuannya dapat
terpelihara.
Dari
segi integritas sosial dapat dipahami bahwa lembaga mengandung unsur antar
hubungan sosial berdasarkan kebutuhan kerjasama saling melengkapi secara
multidimensional. Kelebihan di satu pihak merupakan kekurangan pihak lain,
terjalin secara interdependensial dalam jangka waktu yang cukup lama. Kalau
reaksi terhadap suatu peristiwa terdapat persamaan antara sebagian besar
anggota suatu kelompok masyarakat, maka ada kecenderungan integritas sosial
semakin meningkat. Keadaan ini mencerminkan suatu pelembagaan tentang kesamaan
perilaku antar anggota kelompok dalam memenuhi segenap kebutuhan bersamanya,
khususnya mengenai selera, norma dan kepentingan-kepentingan. Jadi lembaga
sosial mengandung jaminan kesadaran kelompok bahwa kepentingan-kepentingan
kelompok itu dirasakan dan dihayati oleh anggotanya sebagai kepentingan dirinya
juga.
2.2.3
Proses Pelembagaan
Dalam
sosiologi dikenal ada empat macam tigkatan proses pelembagaan, Pertama; cara
(usage) yang menunjuk pada suatu perbuatan. Kedua; cara berbuat ini berlanjut
pada dilakukan sehingga menjadi suatu kebiasaan (folkways), yaitu perbuatan
yang selalu diulang-ulang dalam setiap usaha dalam mencapai tujuan. Ketiga;
apabila kebiasaan itu diterima sebagai patokan atau norma pengatur kelakuan
bertindak, maka didalamnya sudah terdapat unsur pengawas dan jika terjadi penyimpangan,
pelakunya akan dikenakan sanksi.
Keempat; tatas kelakuan yang semakin kuat yang mencerminkan kekuatan
pola kelakuan masyarakat yang mengikata para anggotanya; tata kelakuan semacam
ini disebut adat istiadat (costum).
Bagi
masyarakat yang melanggar adat istiaat, maka ia akan mendapat sanksi yang lebih
keras (Abdulsyani,2007;77)..Roucek dan Warren (1984), menyebut lembaga sebagai
pola organisasi untuk memenuhi berbagai keperluan manusia, yang lahir dengan adanya
berbagai budaya sebagai satu ketetapan untuk menggunakannya yang tetap,
memperoleh konsep kesejahteraan masyarakat, dan melahirkan suatu struktur.
(www.pdfsearchengine.com- perlengkapan fisip- strategi kebudayaan2)
Lembaga
pada mulanya terbentuk atas dorongan kesamaan pandangan, hasrat dan keinginan
bersama manusia untuk hidup secara
teratur. Cita-cita tentang keteraturan hidup ini berpusat pada tatanan normatif
hubungan antar angota masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Penataan,
pemeliharaan dan pengekalan keteraturan hubungan antar anggota masyarakat itu
sangat tergantung pada intensitas kesadaran bersama terhadap fungsi norma-norma
sosial yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Apabila kemudian secara
sadar norma-norma sosial itu diakui, dihormati dan dipatuhi bersama sebagai
satu-satunya alternatif yang dapat berfungsi memelihara stabilitas hubungan
sosial dan dapat mendorong kemudahan dalam usaha memenuhi
kepentingan-kepentingan kelompoknya, maka kehidupan kelompok ini akan semakin
mapan dan terpola dalam bentuk lembaga sosial.
Proses
pelembagaan yang terus meningkat, maka perlu dipahami bahwa poses pelembagaan
tercakup beberapa aspek, seperti aspek norma, kekuatan penjiwaan terhadap
norma, disamping luasnya penyebaran penjiwaan norma tersebut bagi anggota
masyarakat. Seiring dengan apa yang disebutkan oleh durkheim, sosiologi
merupakan ilmu yang mempelajari institusi (lembaga sosial). Dalam sosiologi
lembaga utama yang menjadi pokok kajiannya antara lain; lembaga sosial ekonomi,
politik, keluarga, pendidikan dan agama. Pada kajian deskripsi skripsi yang
akan dibuat ini yang menjadi sorotan adalah lembaga (institusi) pendidikan.
2.3
Lembaga Pendidikan
Pendidikan
merupakan lembaga (institusi) yang juga menjadi sorotan penting para ahli
sosoiologi. Yang menjadi pokok bahasan utamanya adalah pendidikan formal, dan
institusi pendidikan formal terpenting dalam masyarakat adalah sekolah yang
menawarkan pendidikan formal mulai dari jenjang pra sekolah sampai kejenjang
pendididkan tinggi baik yang bersifat umum maupun khusus (misalnya sekolah
agama dan sekolah luarbiasa). Namun kita telah mengetahui bahwa diluar sekolah
dijumpai berbagai bentuk pendidikan luar sekolah seperti pendidikan nonformal,
misalnya kursus, dan pendidikan informal, misalnya pendidikan yang terjadi dirumah
atau melalui media massa (Kamanto.2000;65)
Institusi
(lembaga) pendidikan, menurut ahli sosiologi yang menjadi fokus kajiannya
adalah bagaimana keterkaitan antara pendidikan dengan institusi lain, misalnya
hubungan antara pendidikan dengan politik. Fungsi pendidikan dalam kajian
sosiologi dibagi kedalam dua fungsi yaitu fungsi manifest dan fungsi laten(Horton dan Hunt;1984), fungsi manifest
pendidikan ialah, antara lain, mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari
nafkah, mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi maupun bagi
kepentingan masyarakat, melestarikan kebudayaan, menanamkan keterampilan yang
perlu bagi partisipasi dalam demokrasi dan sebagainya. Fungsi laten yaitu
fungsi yang tidak tersirat dalam kurikulum sekolah (Hiddden curriculum) yaitu;
kurikulum yang tidak disadari akan tetapi berfungsi untuk memberikan
pengetahuan bagi peserta didik (Ibid;66). Lembaga pendidikan dibagi atas tiga
tipe (Randall Collins,1979):
a.
Pendidikan keterampilan dan praktis, yakni pendidikan yang dilaksanakan untuk
memberikan bekal keterampilan maupun kemampuan teknis tertentu agar dapat
diaplikasikan kepada bentuk kehidupan sehari-hari dan masyarakat.
b.
Pendidikan kelompok status, yaitu pengajaran yang diupayakan untuk
mempertahankan prestise, simbol, serta hak-hak istimewa (privilese) kelompok
elite dalam masyarakat yang memiliki pelapisan sosial.
c.
Pendidikan birokratis yang diciptakan oleh pemerintah untuk melayani
kepentingan kualifikasi pekerjaan yang berhubungan dengan pemerintahan serta
berguna pula sebagai sarana sosialisasi politik dari pemerintah kepada
masyarakat awam.Lembaga pendidikan memiliki dua fungsi yaitu fungsi nyata
(manifest) dan fungsi laten (Horton dan Hunt, 1984): Fungsi nyata (manifest)
adalah fungsi yang tercantum dalam kurikulum sekolah, yakni :
a.
Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
b.
Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi maupun kepentingan
masyarakat.
c.
Melestarikan kebudayaan.
d.
Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
e.
Mengajarkan peranan sosial.
f.
Menyediakan tenaga pembangunan.
g.
Membuka kesempatan memperbaiki nasib.
h.
Menciptakan integrasi sosial.
i.
Kontrol sosial pendidikan
Fungsi
laten adalah fungsi yang terselubung, antara lain :
a.
Pemupukan keremajaan.
b.
Pengurangan pengendalian orangtua.
c.
Penyediaan sarana untuk pembangkangan.
d.
Dipertahankannya sistem kelas sosial.
Mohegan Sun, Foxwoods Resort Casino - MapyRO
BalasHapusFind 문경 출장마사지 Mohegan 전라북도 출장안마 Sun, Foxwoods Resort Casino, Foxwoods 경기도 출장샵 Resort Casino, Foxwoods Resort Casino, Foxwoods Resort Casino and more 하남 출장안마 than 대전광역 출장샵 2600 other local